Guru
yang baik itu adalah guru yang membukakan pintu rumahnya ketika tengah
malam seorang siswa dengan lelehan air mata mendatanginya. Mungkin
kedengarannya lucu, tetapi menurut saya itu bisa menjadi parameter
penilaian sudah baik belumkah seorang guru.
Sekarang kita berbicara tentang baik dan buruk dulu sebelum menelisik lebih jauh. Ada orang yang mengatakan
baik buruk itu relatif karena perbedaan pendapat dan pro-kontra yang
memang banyak terjadi dalam kehidupan kita. Namun ada juga yang
mengatakan bahwa baik buruk itu absolut yang berarti keduanya dipisahkan
oleh satu batas yang jelas dan mampu membuatnya terlihat benar-benar
berbeda. Anda percaya yang mana? Kalau dalam hal menilai guru saya lebih
memilih pendapat kedua yang mengatakan baik buruk itu absolut. Mengapa?
Karena ada benang merah yang jelas disini.
Fungsi
guru adalah sebagai pendidik bagi para siswanya, tujuan dari pendidikan
bukan hanya membuat siswa mampu membedakan mana yang benar, mana yang
salah atau mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi juga membuat siswa
mau dan mampu mengikuti yang benar dan yang baik itu, sehingga
kedepannya mereka mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya
dan menjadi manusia yang berguna. Disinilah guru memiliki peran penting.
Disadari atau tidak, guru adalah teladan bagi para siswanya. Jadi untuk
mendidik siswa-siswa menjadi baik, gurunya juga harus baik.
Setelah
menganalisa berbagai pelajaran yang saya dapatkan dari guru-guru saya,
saya meringkas dua hal utama yang wajib disampaikan guru kepada siswanya
agar siswa mau dan mampu mengikuti kebaikan dan kebenaran. Dua hal itu
adalah inteligensi dan kasih sayang. Saya mengistilahkan inteligensi itu
sebagai filosofi ayah dan kasih sayang sebagai filosofi ibu.
Selama
ini fokus utama kebanyakan guru adalah pada filosofi ayah, yaitu
bagaimana siswa-siswa mereka mampu mengerjakan soal-soal dengan benar
sehingga nanti nilai ujian nasional mereka bisa tinggi. Karena memang
sistem pendidikan Indonesia menuntut seperti itu, sehingga akhirnya
banyak guru yang kehilangan filosofi ibu yang seharusnya mereka miliki.
Bayangkan saja selama sekitar delapan jam siswa berada di sekolah,
sekitar 85% waktu itu digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
akademik yang porsinya banyak dan berbobot, karena kurikulum KTSP yang
kita pelajari adalah kurikulum tersulit nomor 2 sedunia setelah Belanda.
Jadi
wajar saja kalau dewasa ini banyak siswa yang bertindak tidak benar dan
tidak baik seperti berciuman hingga free seks, mabuk-mabukan hingga
nge- drugs, tawuran hingga membunuh, dan yang lebih parah adalah berani
kepada guru bahkan orang tua di rumah. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Karena mereka kurang kasih sayang dan perhatian. Delapan jam disekolah
mereka tidak mendapatkan kasih sayang nyata dari guru yang fokus
menyampaikan materi akademik, kemudian delapan jam lagi di rumah mereka
harus mengerjakan tugas dari guru, atau bermain computer, atau melakukan
pekerjaaan lainnya, dan berinteraksi dengan orang tua. Itupun kalau
orang tua mereka sedang berada di rumah, kalau tidak?
Kurangnya
kasih sayang dan perhatian yang diberikan guru kepada para siswanya
tidak hanya berdampak pada perilaku siswa di luar kelas, tetapi juga
didalam kelas. Mereka jadi sulit menerima materi pelajaran yang
disampaikan gurunya. Sebab itulah saya berpendapat bahwa guru yang baik
itu adalah guru yang memiliki filosofi ibu untuk mengajar siswanya yaitu
dengan memberikan kasih sayang dan perhatian yang siswa butuhkan,
karena dampak baiknya akan sangat besar walaupun kedengarannya
sederhana. Lantas bagaimana guru mengaplikasikan filosofi ibu? Inilah
tiga hal dasar dan satu hal yang mendasari ketiganya yang menurut saya
akan membentuk guru yang baik.
…
Tidak memberikan label nakal
Saya
berani mengatakan kalau semua siswa itu nakal. Tetapi nakalnya
berbeda-beda, ada yang nakal suka melanggar peraturan sekolah tetapi
tidak pernah mabuk, ada juga sebaliknya, nakal mabuk-mabukan tetapi
tidak pernah mencontek ketika ulangan, atau malah ada juga yang nakal
suka mengkritik kebijakan sekolah tetapi selalu belajar dengan tekun.
Begitu beragam kenakalan siswa dan saya yakin semua siswa pasti memiliki
kenakalannya masing-masing. Sebab itulah guru yang baik pasti tidak
akan memberikan label nakal kepada seorang siswa, karena semua siswa itu
memiliki kenakalannya sendiri-sendiri.
Pelabelan
siswa sebagai siswa yang nakal tidak akan membuat siswa itu menjadi
baik, tetapi malah akan membuatnya menjadi lebih nakal. Misalnya ketika
menemukan siswanya minum minuman keras di kamar mandi, seorang guru yang
baik akan berkata “Sebenarnya kamu ini anak yang baik, tapi mengapa kok
melakukan tindakan yang tidak baik?”, nasihat itu jauh lebih baik dan
untuk membuat siswa itu menjadi baik dan sayang kepada gurunya karena
dia merasa diperhatikan. Bukan seperti guru yang langsung memarahi
habis-habisan siswa itu lalu memanggil orang tuanya untuk datang ke
sekolah dengan tujuan agar siswa itu kapok. Bukannya kapok, malah siswa
itu jadi kebal hukuman.
Jadi
melabeli siswanya sebagai siswa yang baik adalah salah satu pemberian
kasih sayang yang sangat sederhana oleh guru sebagai implementasi
filosofi ibu.
]Mau mendengar
Ketika
seorang guru menanyakan tentang tugas kepada siswanya, kemudian siswa
itu menjawab belum mengerjakan, kebanyakan guru akan langsung menghukum
siswa itu. Tanpa peduli dengan keadaan siswanya. Guru seperti itulah
guru yang tidak mau mendengarkan siswanya, sehingga siswa pun pada
akhirnya tak akan mau mendengarkan nasihat-nasihat yang diberikan oleh
gurunya, karena seperti itulah yang dicontohkan oleh guru mereka. Namun
ceritanya akan berbeda ketika guru itu mau mendengarkan siswanya, dengan
menanyakan seperti; “Tumben kamu tidak mengerjakan tugas, padahal
sebenarnya kamu bisa kan mengerjakannya saya tahu kemampuan kamu, kamu
anak yang pintar” (walaupun sebenarnya siswa itu juga tidak pintar).
Pasti siswa itu akan menceritakan alasannya seperti; “Ibu saya sedang
sakit di rumah bu, ayah saya bekerja di luar kota dan hanya pulang satu
bulan sekali, saya harus memasak untuk ibu dan dua adik saya yang masih
kecil, saya tidak sempat pergi ke warnet untuk mencari bahan tugas ini
bu”. Atau jika memang siswa itu sengaja tidak mengerjakan, dia pasti
dengan rasa bersalah (bukan rasa terpaksa) akan minta maaf dan berjanji
untuk tidak mengulanginya lagi.
Mau
mendengarkan pendapat siswa tentang materi yang guru ajarkan juga akan
memberikan kesan kalau guru itu menghargai siswanya. Baik menghargai
pemikirannya maupun keberaniannya untuk menyampaikan pendapat. Walaupun
mungkin pendapat siswa itu tidak bisa diterima oleh guru, hal itu akan
membuat siswa senang karena mereka merasa dihargai. Pada akhirnya siswa
itu juga akan sangat menghargai gurunya.
Guru
yang mau mendengarkan siswanya akan membuat siswa itu merasa nyaman
ketika berada di dekatnya, dengan begitu siswa akan sangat menghargai
nasihat-nasihat yang dikatakan oleh gurunya. Mau mendengarkan adalah
bentuk pemberian kasih sayang oleh guru yang paling sederhana ke-dua
sebagai implementasi filosofi ibu.
Fokus
Tak
perlu kita ragukan lagi bahwa dengan fokus sebuah energi yang sedikit
bisa sangat besar kekuatannya. Seperti energi sinar matahari yang mampu
membakar tumpukan soal-soal ujian ketika difokuskan dengan lup. Begitu
juga guru. Ketika seorang guru yang berada di kelas memfokuskan dirinya
untuk mendidik siswanya, maka tanpa menguras banyak energi anak didiknya
lebih mudah memahami apa yang guru itu sampaikan. Fokus dalam hal ini
yaitu melupakan urusan-urusan lain yang mengisi pikiran guru itu.
Seperti laporan keuangan, janji dengan teman, rapat dengan kepala
sekolah, menjemput anak sekolah, menghadiri pernikahan saudara dengan
suami, dan hal-hal lain mulai dari hal pribadi hingga ke karir yang
wajib dipikirkan oleh semua manusia. Walaupun guru yang sedang mengajar
itu memiliki urusan yang sangat penting dengan kepala sekolah, berani
mematikan ponsel ketika sedang mengajar walaupun guru itu tahu kalau
kepala sekolah akan menghubunginya merupakan salah satu contoh
pengaplikasian salah satu cara sederhana untuk fokus. Fokus juga tidak
berhenti sampai disitu saja, akan menjadi percuma kalau guru itu sudah
mematikan ponselnya tetapi pikirannya tetap tertuju pada urusan di luar
kelas yang sedang dia hadapi. Disadari atau tidak hal itu juga akan
mempengaruhi siswa yang sedang dididik untuk melakukan hal serupa. Yakni
ketika guru itu memikirkan hal-hal lain, siswa juga akan memikirkan
hal-hal seperti pertandingan sepak bolanya sore nanti, janji dengan
kekasihnya untuk jalan-jalan di danau akhir pekan, membantu orang tua
menjaga kios, dan hal-hal lain yang juga tidak seharusnya dipikirkan ketika pelajaran.
Dengan
fokus, maka guru akan jauh lebih mendapatkan perhatian dari siswanya
dan lebih bisa memperhatikan siswanya. Dengan begitu guru tidak
memerlukan energi berlebih atau membuang energi dengan percuma untuk
mengajak siswanya melakukan hal-hal yang baik dan benar.
Tiga
tinjauan mendasar utama yang menurut saya merupakan syarat dasar untuk
mengaplikasikan filosofi ibu oleh guru untuk menjadi guru yang baik.
Namun, ada satu hal lagi yang juga sangat penting yang mendasari ketiga
hal diatas. Karena tanpa hal ini, tidak mungkin ketiga tinjauan diatas
bisa dilakukan oleh guru. Percaya atau tidak suka atau tidak coba anda
buktikan sendiri dengan mengaplikasikan tiga hal diatas tanpa anda
memiliki satu hal yang sangat istimewa ini, saya yakin pasti anda akan
gagal walaupun pada awalnya terlihat berhasil. Hal ini adalah ketulusan
dan keikhlasan untuk mendidik. Ketulusan dan keikhlasan yang murni
terlahir dan tumbuh dari hati seorang guru untuk mengajar pasti akan
melahirkan ketulusan dan keikhlasan anak-anak didiknya untuk belajar.
Sehingga akan tercipta sebuah hubungan yang harmonis antara guru dan
siswa, hubungan harmonis yang akan menciptakan suasana belajar yang
nyaman dan bahagia.
Dengan
perubahan-perubahan sederhana diatas akan semakin banyak siswa-siswa
Indonesia yang menjadi baik, berkarakter, dan berakhlak karena
pendidikan guru-guru mereka untuk menjadi manusia yang baik dan berguna
karena mengikuti kebenaran yang dikatakan oleh hatinya yang penuh kasih
sayang, karena filosofi ibu yang diterapkan oleh gurunya. Terimakasih, semoga ulasan yang sederhana ini bermanfaat untuk pendidikan dalam peradaban kita yang berkembang pesat.
No comments:
Post a Comment