Wednesday, August 21, 2013

Dampak Pornografi Melebihi Bahaya Narkoba

Stop PornografiBanyak orang belum menyadari bahwa anak dan remaja kita telah terpapar pada pornografi. Dampak pornografi berpotensi menimbulkan kerusakan otak melebihi bahaya narkoba. Adiksi narkoba dapat merusak tiga bagian otak sementara adiksi pornografi merusak lima bagian otak (bagian lobus Frontal, gyrus Insula, Nucleus Accumbens Putamen, Cingulated dan Cerebellum) yang berperan di dalam kontrol perilaku yang menimbulkan perbuatan berulang – ulang terhadap pemuasan seksual (Dr Donald Hilton Jr, dokter ahli bedah syaraf AS).
Dampak pornografi yang melebihi bahaya narkoba ini terungkap dalam seminar dan workshop internasional bertema “Membangun Kesadaran Betapa Dahsyatnya Kerusakan Kesehatan Otak Akibat Perilaku Adiksi Pornografi” di Hotel Grand Kemang Jakarta, Senin (27/9).
Seminar satu hari ini merupakan kerjasama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Kesehatan, dan Yayasan Kita dan Buah hati. Seminar ini juga digagas Forum Bersama Anti Pornografi untuk menyelamatkan otak anak bangsa dan moral serta etika yang menjadi fitrah kembali kembali ke karakter bangsa Indonesia yang asli, santun, cerdas dan berkualitas.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar yang dihadiri sekitar 300 orang dari berbagai instansi pemerintah, LSM, tenaga professional rumah sakit dan Kowani (Kongres Wanita Indonesia) ini adalah Mark B Kastleman, Randall F Hyde, keduanya Pakar Adiksi Pornografi dari AS dan Prof Malik B Badri, Pakar Psikologi Islami dari Malaysia.
Menurut Elly Risman Psi, Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati, dalam pengantarnya mengatakan, maraknya kekerasan, adiksi game online, penyimpangan seksual, kecanduan pornografi, kecanduan narkoba dan obat terlarang pada anak dan remaja sebagai bukti adanya kerusakan – kerusakan sel otak. Selain itu, kerusakan otak juga berimbas dengan menurunnya potensi kecerdasan pada anak – anak sebagai agen perubahan transformasi sosial.
Adiksi Pornografi adalah perilaku berulang untuk melihat hal – hal yang merangsang nafsu seksual sehingga dapat merusak kesehatan otak seseorang karena tidak sanggup menghentikannya. Adiksi pornografi merupakan tren baru masalah kesehatan masyarakat yang berdampak luas dan dalam waktu singkat dapat merusakan tatanan psikososial masyarakat.
Gangguan pola pikir yang menyebabkan perubahan perilaku untuk memberikan kepuasan seksual yang tidak dikontrol akan memberikan masalah kriminalitas seksual yang berdampak luas bagi kelompok masyarakat di mana saja dan kapan saja terutama pada kelompok – kelompok yang lemah seperti anak – anak di bawah umur, anak – anak remaja, kelompok – kelompok di lembaga pendidikan, pembantu rumah tangga, wanita pekerja malam dan prostitusi baru.
Lebih lanjut Elly Risman mengatakan, kerusakan otak akibat pornografi sulit untuk dideteksi dengan cara – cara konvensional. Oleh karena itu dibutuhkan alat – alat yang canggih untuk dapat menegakkan kembali kerusakan struktural otak di lima tempat vital. Bila tidak ditangani maka dapat mengakibatkan perilaku yang menimbulkan perbuatan berulang – ulang terhadap pemuasan seksual. “Kerusakan otak diawali dengan produksi berlebihan zat penghantar syaraf (dopamine) yang menyebabkan ketagihan dan suatu ketika otak tempat produksi zat tersebut akan mengecil,” jelasnya.
Paparan pornografi yang dialami anak – anak, sambung Elly, didapat dari game online, internet, tayangan televise, alat – alat teknoligi canggih sehingga adiksi pornografi berdampak sangat luas. Biasanya paparan pornografi dimulai di dalam keluarga sehingga sulit terkontrol. Paparan pornografi tidak hanya dilakukan oleh tayangan – tayangan dari luar justru tayangan – tayangan local yang diproduksi dari Indonesia juga banyak berisi dan bersifat pornografi.
“Karena itu peran keluarga merupakan factor terpenting dalam penanggulangan dan mencegah terjadinya paparan pornografi dan addict pornografi,” ujarnya.
Keluarga, lanjut Elly, harus sadar untuk melarang anak – anaknya menonton pornografi yang makin marak di media internet, game online, komik serta handphone berkamera. Larangan tersebut tentu akan mempersempit untuk melihat atau membuat video yang asusila.
Karena dapat merusak lima bagian otak terutama Lobus Frontal yang tepat berada di belakang dahi. Kerusakan fungsi otak tersebut mengakibatkan penurunan kemampuan belajar dan pengambilan keputusan yang menjadi keunggulan manusia sebagai agen perubahan transformasi social.
Sementara itu menurut Mark Kastleman, pornografi adalah narkoba lewat mata. Karena gambar – gambar porno akan membuat anak – anak tidak bisa membuat perencanaan, mengambil keputusan dan mengendalikan hawa nafsu serta emosi. Padahal otak adalah sebagai pengendali impuls.
“Kerusakan ini juga memungkinkan anak dan remaja melakukan incest,” jelasnya.
Sedangkan Randy Hyde, PhD dalam paparannya mengatakan, orang tua, keluarga dan lingkungan adalah terapis terbaik untuk belajar, tumbuh dan meraih potensi tertinggi seseorang. Karena karakter yang baik akan menghasilkan perilaku yang baik dan sebaliknya karakter yang buruk akan menghasilkan perilaku yang buruk.
“Setiap orang bertanggung jawab atas perilakunya. Perilaku seseorang mengungkapkan karakter atau kekurangan seseorang,” paparnya.
Kecanduan adalah kondisi yang mana secara fisik dan kimia otak memaksa seseorang melakukan suatu perilaku tertentu tanpa adanya keterlibatan pikiran atau hati nurani. Tapi karena kekuatan dari sistem limbik otak (salah satu sistem pada struktur otak) dan kapasitas untuk menaungi bagian moral dan rasional dari otak, banyak orang yang mengklaim bahwa pornografi adalah perilaku yang normal atau sebagai hiburan semata.
Pada dasarnya, satu-satunya perbedaan antara kecanduan narkoba, seperti heroin atau kokain dengan pornografi adalah cara memasuki sistem. Otak merespons informasi yang diterima melalui mata lebih cepat ketimbang dari sumber lain. Informasi visual diproses di sistem limbik dalam waktu nanodetik (sepuluh pangkat minus sembilan detik). Inilah sebabnya mengapa kecanduan pornografi menjadi masalah besar.
Informasi visual diproses lebih cepat daripada informasi indera yang lain, bahkan respons heroin atau kokain sekalipun jauh lebih lambat. Selain visual, hormon oksitosin juga berperan pada kecanduan pornografi. Oksitosin dapat menciptakan rasa bersatu dan kebersamaan selama berhubungan seksual.



 http://sodoel.wen.ru/dampak-pornografi-melebihi-bahaya-narkoba.html

No comments: