Pagi
yang cerah, udara terasa begitu sejuk menusuk kulit. Seorang gadis berparas
cantik, berkulit sawo matang begitu terburu-buru keluar dari kamar dan berjalan
menyusuri gang sempit mrnuju ke jalan raya. Risma, gadis cerdas itu hampir
terlambat menghadiri pemilihan Presiden EM yang baru dimana ia dijagokan
sebagai salah satu kandidat. Beruntung, seorang pemuda bernama Yogi yang juga
teman satu kampusnya memberi tumpangan di vespa kesayangannya hingga Risma tiba
tepat ketika acara briefing sebelum pemilihan Presiden EM yang baru dimulai.
Risma merupakan mahasiswi semester enam yang mengambil jurusan ilmu komunikasi.
Berasal dari kelurga sederhana yang tinggal di Madiun , ayahnya hanyalah
seorang guru di Madrasah, sementara ibunya seorang penjual nasi pecel. Sebagai
anak perempuan satu-satunya, Risma juga merupakan anak kesayangan yang selalu
diperhatikan semua kebutuhannya. Meskipun begitu sejak kecil risma selalu
belajar mandiri dan tidak ingin merepotkan orangtuanya, apalagi setelah
kematian kakak laki-lakinya, maka otomatis Rismalah yang menjadi anak tertua
dan mengatur semua adik-adiknya.
Sementara
itu seorang pemuda dengan pakaian kemeja rapi tengah sibuk mencari Pak Broto,
dosen nya untuk minta diACC skripsinya. Namun ternyata Pak Broto sedang
menghadiri briefing untuk pemilihan Presiden EM yang baru di aula kampus.
Pemuda bernama Andre itu adalah mahasiswa tingkat akhir jurusan kedokteran. Selain
tampan, ia juga berasal dari keluarga kaya sekaligus sebagai pewaris tunggal.
Hal ini membuat Andre di cap sebagai anak mami, sombong, dan juga sosok playboy yang gemar gonta-ganti pacar.
Andre duduk dibagian belakang aula
sambil memperhatikan tempat Pak Broto duduk. Tak lama kemudian, seorang
mahasiswa berjalan menuju podium dengan langkah tenang dan tatapan mata yang
benar-benar teduh. Andre memperhatikan mahasiswi itu, entah mengapa Risma
terlihat sangat mempesona di mata Andre. Gaya bicaranya, atau sekedar senyumnya
membuat Andre tak ingin memalingkan wajahnya. Andre telah jatuh cinta
kepadanya. Risma benar-benar sudah memikat Andre.
Ketika pemilihan pemilihan Presiden EM
yang baru dimulai, Andre masuk ke bilik dan menulis nama Risma di kertas
pemilihan. Tapi, tak hanya nama saja yang ia tulis. Ia menuliskan sebuah
kalimat pendek berbunyi “Risma, kau mengagumkan!” yang membuat Risma tersipu
malu juga penasaran ketika dibacakan oleh panitia pemungutan suara. Sayang
Risma tak terpilih menjadi Presiden EM yang baru tapi walaupun kecewa, ia masih
tertawa bersama teman-teman yang selalu mendukungnya.
Keesokan
harinya, Andre terlihat sudah rapi tak seperti biasanya. Ia pun langsung
melesat ke Malang. Ia pun sudah tak sabar ingin berjumpa lagi dengan Risma, ia
ingin sekali berkenalan langsung dengan Risma. Di sisi lain, Risma yang akan berangkat
ke kampus bertemu dengan Yogi yang sudah menunggu dengan vespa bututnya namun
Risma lebih memilih naik angkot. Tapi Yogi tetap membuntuti angkot yang
ditumpangi Risma hingga sampai di kampus.
Ketika tiba di kampus dengan sedan
merah maroonnya, Andre melihat Risma yang sedang berjalan ke arahnya. Akhirnya mereka
berpapasan dan Andre pun sempat berkenalan singkat dengan Risma. Walaupun hanya
sebentar namun itu sudah membuka jalan bagi Andre untuk lebih bisa mengenal
Risma.
Beberapa hari selanjutnya, Andre
mencoba lebih dekat dengan Risma. Akhirnya mereka pun mulai akrab, bahkan Andre
dikenalkan pada teman-teman Risma. Dini dan Nadia menyambut Andre dengan baik.
Mereka akhirnya mengetahui siapa yang menulis kalimat “Risma, kau menakjubkan!”
di kertas itu. Di sisi lain sejak kedekatan Andre dan Risma, Yogi merasa
terabaikan. Sejak kedekatan mereka Yogi mulai menjauh dari Risma. Ia tak pernah
lagi menampakkan dirinya.
Suatu malam, Andre mengajak Risma pergi
ke kawasan wisata di daerah Batu. Disana lah Andre mengungkapkan rasa cintanya
terhadap Risma. Sejak kejadian itu, mereka semakin berani memperlihatkan
kedekatan. Risma sering mengantar dan menunggu Andre mengurus skripsinya,
sementara Andre pundengan sabar menunggu Risma kuliah agar bisa mengantarnya
pulang. Sikap Andre yang selalu perhatian, atau malah terkadang dirasa terlalu
melindungi membuat Risma merasa sangat diperhatikan. Hari-hari yang biasanya
hanya terasa rutin dijalani, kini menjadi lebih berwarna. Risma merasa lebih
bersemangat menjemput kehidupannya.
Pada
suatu malam, hujan deras kembali mengguyur kota Malang. Langit terlihat hitam
pekatsekali kilatan petir menyambar . Sementara itu Risma tampak terbaring
sambil terus memegangi perutnya, ia sangat kesakitan tetapi mencoba untuk
ditahannya. Keringat dingin mulai bercucuran, sudah sepuluh kali Risma menelpon
Andre, namun sayangnya tidak ada jawaban.Wajahnya semakin pucat, tiba-tiba saja
semuanya menjadi gelap Risma pun terjatuh.
Sementara itu, Andre terlihat sangat menikmati
pertandingan bola di televisi. Ibu Andre bertanya apakah Andre masih mengingat
Rieska, anak Tante Martha yang tinggal di Singapura sambil memperlihatkan foto
terbaru Rieska. Andre mengerti bahwa mamanya ingin menjodohkannya seperti yang
sudah-sudah. Tapi Andre tak terlalu menanggapinya.
Di dalam kamar, Andre mengambil telepon
genggamnya yang sedang di charge di meja dan melihat ada sepuluh panggilan tak terjawab dari Risma.
Andre segera menelepon balik, namun tidak ada jawaban. Andre mulai merasa
khawatir, kemudian ia menghubungi Dini. “Risma tadi setelah magrib terjatuh di
kamarnya, untung tetangga kamarnya mendengar suara gaduh. Risma kini dirawat di
rumah sakit. Menurut dokter sih tidak apa-apa, tinggal menunggu hasil lab karna
diperkirakan ada infeksi saluran pencernaan,” tutur Dini panjang lebar.
Andre langsung menuju ke rumah sakit
dan masuk ke kamar perawatan Risma. Andre mengusap kening Risma penuh
sayang.Tak berapa lama kemudian, masuk seorang dokter untuk memeriksa Risma
yang masih tidur pulas.
Dokter
memberitahu Andre bahwa Risma tidak hanya infeksi pada saluran pencernaannya,
tetapi dari hasil lab diketahui kalau Risma sedang mengandung 1,5 bulan. Andre
terperanjat mendengar perkataan dokter bahwa,Risma sedang mengandung anaknya.
Andre memasuki kamar rawat Risma dengan
raut wajah bahagia. Tak berapa lama, masuk Yogi yang membawa Risma ke rumah
sakit. Yogi keluar karena tak enak hati pada Andre dan akhirnya pulang bersama
Dini. Kemudian Andre menghampiri Risma yang masih terkulai lemah, ia mengatakan
kepada Risma bahwa ia akan bertanggungjawab atas anak yang dikandungannya.
Andre
pun memutuskan untuk memperkenalkan Risma dengan keluarganya. Namun sayangnya
pertemuan Risma dengan Ibunya Andre tidak berjalan mulus. Ibunya Andre
menentang hubungan mereka, karena Risma hanya seorang gadis kampungan,
keluarganya miskin dan tidak memiliki masa depan sedangkan Andre adalah pemuda
yang berasal dari keluarga terpandang.
Walaupun
ibunya tidak merestui, Andre tetap bersikeras untuk menikahi Risma, Andre
bahkan mengatakan kepada orangtuanya bahwa Risma telah mengandung anaknya.
Namun pengorbanannya selama ini sia-sia,
kelurga Andre tetap saja tidak memberi restu, bahkan Andre akan segera
dijodohkan dengan Rieska perempuan yang sederajat dengannya. Percintaan mereka
akhirnya putus di tengah jalan, akibat orangtua Andre yang selalu memaksakan
kehendak.
Berbulan-bulan sudah dilalui, Risma pun
tak kunjung ada kabar, kos-kosannya pun sudah pindah. Terakhir kali Risma
menampakkan diri di kampus sebulan yang lalu, saat itu ia sedang hamil besar,
ia terus dilecehkan, dihina bahkan ada yang memaki sebagai perempuan murahan,
namun ia tetap tabah dalam menghadapinya. Karna kandungannya sudah semakin
membesar ia pun memutuskan untuk berhenti kuliah.
Risma
yang juga telah diusir oleh bapaknya yang menganggapnya sudah mencemarkan nama
baik keluarga. Kini ia tinggal di sebuah kontrakan kecil di dalam komplek
perumahan sederhana, kampung yang dihuni oleh para pendatang yang berjualan di
pasar. Dengan kondisi hamil besar, Risma mencukupi kebutuhannya dengan bekerja
sebagai tukang setrika di beberapa tetangganya. Satu-satunya teman yang masih
sering menjenguk bahkan kadang membawakannya makanan hanyalah Yogi. Yogi yang
sangat mencintai Risma bahkan suatu hari mengatakan jika ia mau menjadi Bapak
untuk anak yang dikandung Risma. Namun Risma menolak karena merasa tak pantas
dicintai oleh lelaki sebaik Yogi. Ia juga tak suka saat Yogi terus menyalahkan
Andre.
Suatu hari, Risma melahirkan bayinya dibantu
oleh tetangganya yang membawanya ke rumah sakit. Bayinya sehat, seorang
kesatria laki-laki yang sangat tampan. Saat bingung memilih nama untuk bayinya,
buku besar yang ada di meja tiba-tiba terjatuh sendiri. Buku karangan
Jalaluddin Rumi. “Ya, itu nama anakku.. Rumi, ia akan dipanggil seperti itu…”
kata Risma sambil mengecup kening anaknya. Kini ia punya semangat baru,
matahari baru yang akan membakar api kehidupannya.
Bayi itu tumbuh menjadi anak yang
sehat. Tubuhnya cukup tinggi untuk anak seusianya, kulitnya yang putih semakin
menambah ketampanan Rumi. Sejak adanya Rumi, Risma selalu mengajaknya ikut
bekerja mencuci baju tetangga. Tak jarang pula ia terpaksa menitipkannya ke
tetangga. Risma begitu semangat bekerja, apalagi jika Rumi menyambutnya setiap
kali pulang ke rumah. Sekedar meminta kue yang tak laku atau hanya minta
digendong.
Setiap sore, Risma juga ikut membantu
tetangganya berjualan baju di stasiun kereta. Biasanya ia membawa Rumi ketika berjualan
karena akan pualng larut malam. Meski waktu yang dimiliki sangat sedikit, namun
Risma mencurahkan segala kasih sayangnya kepada Rumi. Segala kesedihan dan
kegetiran hidup tak pernah ia tunjukkan pada Rumi, ia tak ingin Rumi tumbuh
menjadi laki-laki yang cengeng.
Satu hal yang membuat Risma bingung,
bagaimana jika kelak Rumi menanyakan tentang Ayahnya. Risma belum bisa berterus
terang jika Ayahnya tak bisa bersama ibunya, namun ia juga tak ingin Rumi
menyimpan benci apalagi dendam pada ayahnya. Ia hanya mengatakan bahwa Ayahnya
sudah meninggal dunia saat bekerja di laut.
Rumi yang memasuki usia 6 tahun semakin
mengerti bahwa ia memiliki sosok ibu yang luar biasa. Rumi mulai mencoba untuk
membantu pekerjaan ibunya, namun ia justru membuat kesalahan yang membuat
ibunya dimaki orang. Namun, sikap ibunya malah membuatnya makin menghargai dan
menyayanginya. Tak pernah Risma memarahi Rumi dengan kata-kata kasar, ia selalu
mengajarkan Rumi dengan sikap dan kata-kata yang lembut. Hidup semakin penuh
keriangan. Kenangan tentang Andre pun benar-benar hilang dari pikiran Risma
yang kini hanya fokus untuk merawat dan membesarkan Rumi. Risma menyekolahkan
Rumi di sebuah sekolah negeri yang tak terlalu mahal. Rumi selalu menduduki
peringkat pertama dari kelas 1 sampai kelas 4.
Suatu hari, Rumi mengetahui bahwa
ibunya sangat menyukai liontin berbandul bulan sabit yang selalu dipandangnya
saat melewati toko perhiasan. Rumi bertekad membelikan ibunya liontin sebagai
hadiah ulang tahun ibunya tiga bulan lagi. Rumi mulai menabung. Tapi setelah
tiga bulan Rumi hanya bisa mengumpulkan uang sebanyak tiga ratus lima puluh
ribu sedangkan harga liontin itu sampai dua juta rupiah. Tiba-tiba ada seorang
bapak yang membelikan kalung itu untuk Rumi karena melihat kesungguhan Rumi
yang sangat ingin membahagiakan ibunya. Tepat di hari ulang tahun ibunya Rumi
memberikan liontin tersebut. Rumi menceritakan bagaimana ia mengumpulkan uang
uang jajannya stiap hari hingga kejadian di took perhiasan. Mendengar semua itu
Risma sangat terharu dan merasa sangat bahagia.
Di lain pihak, Andre yang telah menikah
dengan Rieska belum juga memiliki keturunan. Rieska divonis mandul oleh dokter.
Mendengar kenyataan itu ibu Andre sangat terpukul. Andre sendiri sudah mencoba
berbagai pengobatan tapi tak kunjung berhasil. Tuntutan memiliki anak dari
orang taunya membuatnya sangat terpukul, Rieska juga tertekan secara
psikologis.
Malam itu, Andre kembali teringat
tentang Risma dan tiba-tiba ia ingat jika Risma memiki dari dirinya. Anak yang
memiliki darah keturunan Soemoatmojo. Ia memberi tahu ibunya dan sejak hari
itu, kesibukan mereka hanya mencari tahu keberadaan Risma. keadaan ini membuat
Rieska menjadi semakin merasa tak berarti. Ia sempat bertengkar hebat dengan
Andre. Lama kelamaan ia memutuskan untuk meminta cerai pada Andre yang membuat
Andre makin terpuruk.
Suatu hari, ibu Andre berkata telah
menemukan Risma yang ternyata masih berada di Malang, namun ia melarang Andre
menemuni Risma dan berniat menemuinya sendiri. Andre merasa tenang mengetahui
hal itu dan ia tak sabar bertemu anaknya.
Ibunya Andre menemui Risma dan menceritakan
semua yang terjadi. Risma mendengarkan cerita itu dengan seksama, ada kerinduan
untuk melihat Andre namun ia sadar statusnya. Satu hal yang sangat menyakitkan
adalah saat Ibunya Andre kembali memintanya untuk mengijinkan Rumi ikut dengan
mereka. Setelah memikirkan dengan matang, Risma merasa tawaran dari Ibunya Andre
yang akan menyekolahkan Rumi hingga jenjang yang cukup tinggi cukup layak untuk
Rumi, ia juga berhak bertemu Rumi setiap akhir bulan. Ia juga sebenarnya sangat
ingin Andre mengenal Rumi.
Rumi awalnya menolak dipisahkan dari
ibunya, namun ia menurut ketika tau ibunya bisa menjenguknya tiap akhir bulan.
Sesampainya di Surabaya, Rumi terlihat senang melihat keramaian malam yang tak
biasanya ia lihat di Malang. Andre takjub melihat Rumi yang adalah darah
dagingnya sendiri. Di rumah Andre, mereka mengatakan Rumi sebagai anak angkat
dan memanggil Andre dengan sebutan “paman” karena belum waktunya Rumi diberitahu
tentang yang sebenarnya. Andre memasukkan Rumi ke sekolah baru bertaraf internasional
yang memiliki semua fasilitas pendidikan.
Rumi telah cukup lama tinggal di rumah
itu namun ibunya tak kunjung datang menjenguknya. Hal itu membuat Rumi murung
dan terus mengurung diri di dalam kamar. Tapi kemudian Rumi kembali bersemangat
sekolah, keinginan yang kuat dalam dirinya untuk membahagiakan Ibu bahwa ia
bisa menjadi dokter telah membuat Rumi makin dewasa dalam menyikapi semua hal.
Di sela kerinduannya Rumi menulis buku harian tentang kerinduannya pada sosok
ibu. Suatu ketika Andre membaca buku harian itu hingga membuatnya merasa
sebagai lelaki yang sangat bodoh di dunia. Andre pun menangis ia sangat
menyesal dulu meninggalkan Risma.
Di akhir bulan, Rumi diijinkan untuk pulang ke Malang, ia sudah sangat Rindu
kepada Ibunya. Akhirnya Rumi pergi ke Malang ditemani oleh Ibunya Andre. Saat
sampai di Malang, Rumi langsung berlari memeluk Ibunya, ada rasa rindu yang
meluap ketika melihat Ibunya.
Bertemu kembali dengan Rumi membuat
semua rasa rindu Risma tertumpah. Setiap kali melihat kebahagiaan Rumi saat
menceritakan tentang sekolah barunya, Risma juga ikut bahagia dan merasa
keputusannya untuk mengijinkan Ibunya Andre membawa Rumi adalah tepat. Mereka
berbincang hingga pukul satu malam dan Rumi terlelap di pelukan ibunya diiringi
lagu Kasih Ibu yang dinyanyikan Risma.
Hari-hari
berlalu dengan sempurna. Rumi tumbuh
besar dan kini sudah masuk SMP. Ia diterima masuk di sekolah favorit di Surabaya. Risma yang mendengar
kabar itu pun sujud syukur karena Rumi dapat melewati ujian dengan baik,
meskipun ia tak ada di sampingnya.
Perceraian
Andre dengan Rieska sangat mempengaruhi kesehatan Ayah Andre yang kemudian
terkena stroke. Kondisi itu yang membuat Andre menjadi sangat sibuk mengurus
perusahaan-perusahaannya. Keadaan
Ayah Andre semakin memburuk setiap harinya dan beberapa hari berselang ajal pun
menjemputnya.
Sejak
kematian Ayahnya, Andre pun semakin sibuk dengan urusan pekerjaan. Sedangkan
Rumi lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar. Pada saat azan ashar
terdengar, Rumi teringat setiap kali ia dan Ibunya yang berjualan di stasiun ,
mereka biasanya singgah di musholla kecil yang berada di tepi jalan. setiap
kali ada masalah,biasanya Ibunya akan shalat dan berdiam diri di sana.
Minggu berlalu, Rumi pun semakin aktif
di kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Sudah hampir dua tahun Rumi tak mendengar kabar ibunya. Rumi sudah naik kelas.
Andre pun semakin sibuk dan jarang
berada di rumah. Rumi mencoba menepis kegelisahannya dengan menambah
ekstrakurikuler. Meski kegiatan ekstrakurikulernya sangat padat, namun Rumi tak
mampu melupakan bayangan ibunya, ia merasa sangat kesepian.
Suatu hari, Rumi tak sanggup lagi
menahan rasa rindunya, ia pun mencari Ibunya ke rumah dimana mereka tinggal
dulu. Namun rumah itu kosong. Rumi panik dan terus cari ibunya, namun tak ada
yang mengetahui keberadaan ibunya. Kepergian Rumi selama dua hari itu membuat
Andre dan Ibunya sangat panik. Setelah mencari kesana-kemari ternyata tak ada
hasil, mereka pun yakin Rumi pergi ke Malang untuk menemui ibunya, Risma. Di
perjalanan Ibunya Andre menelepon Risma, Risma menyarankan Ibunya Andre mencari
Rumi di suatu musholla dekat pasar yang terletak di tepi jalan. Andre dan ibunya
pun langsung kesana. Ternyata benar Rumi ada di sana, ia tampak sangat lemah.
Setelah Rumi tenang, mereka pun mencoba mengajak Rumi pulang. Namun Rumi
bersikeras ingin bertemu dengan ibunya. Sementara Ibu Andre mencoba
berkali-kali menelepon Risma. Namun tidak ada jawaban.
Sementara itu, telah terjadi
kecelakaan mobil angkutan umum yang ditumpangi Risma. Risma yang luka parah pun
langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang serius. Rumi
terlihat sangat gelisah, sudah sejak lama ia menunggu, namun Ibunya tak juga ada kabar.
Waktu berlalu, sejak kejadian di Malang
itu akhirnya Rumi kembali bersekolah lagi. Semua berjalan seperti biasa. Tidak
ada kabar lagi dari Risma, Risma menghilang begitu saja. Sekarang Rumi sudah
beranjak dewasa, Rumi tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan pintar.
Kini ia sudah memasuki kelsa 3 SMA yang sebentar lagi akan ujian. Namun, selama beberapa tahun ini Rumi selalu
mencari Ibunya yang seakan hilang ditelan bumi. Terkadang, hadir dibenaknya
bahwa Ibunya telah meninggal.
Suatu hari, ketika Rumi sedang
mengemudikan mobilnya secara tak sengaja ia menyerempet seorang gadis yang akan
berangkat ke sekolah. Rumi dengan sikap dewasa segera turun dan meminta maaf
kepada gadis tersebut. Rumi segera bertanggungjawab dan membawa gadis itu ke
rumah sakit. Penampilan gadis
itu sangat sederhana, tanpa riasan, berkulit cokelat, dan terlihat manis dengan
kacamata yang ia pakai. Ada perasaan aneh yang menjalar dalam diri Rumi saat
melihat gadis itu. Rumi benar-benar jatuh cinta dengannya. Gadis itu bernama
Nadia, ia duduk di kelas 2 SMA.
Sejak hari itu Rumi sangat dekat
dengan Nadia, mereka sering belajar bersama bahkan Rumi pun sering mengantar
dan menjemput Nadia. Kehadiran Nadia benar-benar membuka hal yang baru bagi
Rumi, hidupnya kini lebih bersemangat. Meski sudah dekat, Rumi tetap mengaggap
Nadia sebagai temannya. Walaupun ia
sangat menyukainya.
Hubungan Rumi dan Nadia sudah
diketahui oleh Andre, ia hanya menganggap bahwa Rumi masih dalam fase cinta
monyet. Namun lain halnya dengan Ibu Andre, ia menegur Rumi agar lebih fokus ke
sekolah disbanding berhubungan dengan perempuan.
Pagi itu, Rumi sangat bersemangat ke
sekolah. Seminggu lagi akan ada ujian kelulusan. Seperti biasa Rumi menjemput
Nadia untuk berangkat bersama. Di sebuah
perempatan lampu merah, Nadia melihat seorang pengemis buta di tepi jalan.
Nadia melemparkan uang ke kotak yang ada di depan pengemis buta itu.
Pendaftaran
mahasiswa baru selalu menjadi peristiwa yang ditunggu. Ibu Andre menawarkan
Rumi agar kuliah di luar negri, namun Rumi tidak mau, ia ingin kuliah di tanah
kelahirannya Malang. Pilihan Rumi jatuh ke sebuah universitas terkenal di
Malang yang populer yang disebut Kampus Biru. Di sana ia mengambil fakultas
kedokteran sama seperti Andre juga sesuai dengan cita-citanya. Andre kemudian
mengantar Rumi berkeliling kampus yang sejak dulu teduh dan asri.
Beberapa
minggu kemudian, Rumi dinyatakan lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru.
Keinginannya untuk kuliah di kota Malang terwujud. Sebenarnya selain karna
impiannya, ia pun berkeinginan untuk menemukan Ibunya.
Kedekatan
Rumi dan Nadia semakin erat. Di Batu pula Rumi menyatakan cintanya kepada Nadia.
Nadia pun menerimanya. Ibu Andre yang
kemudian mengetahui hubungan Rumi dan
Nadia yang makin erat, lalu ia mencoba mencarikan gadis yang sederajat untuk
Rumi , seperti ia mencarikan jodoh untuk Andre dulu. Meskipun ia merasa
sikapnya dulu tak tepat tapi ia ingin menjaga darah murni keturunan Soemoatmojo.
Diam-diam Rumi dijodohkan dengan seorang gadis cantik anak pengusaha terkenal
dari Jakarta. Kirana, seorang model yang cukup ternama dan memiliki garis
keturunan keraton Jawa. Rumi yang saat itu kembali ke Surabaya untuk menjenguk
neneknya kaget ketika ia mengetahui
bahwa dirinya akan dijodohkan. Ia melihat kirana dengan seksama, gadis yang
akan dijodohkan dengannya cantik, namun ia sama sekali tidak tertarik.
Dihatinya kini sudah ada Nadia, cinta pertama
sekaligus terakhir yang ia inginkan.
Melihat
ketampanan Rumi, Kirana pun langsung jatuh hati. Namun Rumi merasa tak suka
dengan gadis manja itu. Rumi merasa bersalah karena menentang keinginan
neneknya, namun ia juga yakin dengan keputusannya memilih dan mempertahankan
Nadia.
Jalanan
di kota Malang begitu tenang saat akhir pekan. Rumi menghabiskan waktunya
bersama Nadia. Mobil yang dikendarai Rumi kemudian berhenti di perempatan lampu
merah. Nadia melihat seorang pengemis wanita buta yang sedang mencari uang didalam
kantongnya, ia segera membuka jendela mobilnya untuk memberikan sejumlah uang
kepadanya. Rumi kagum atas sikap
kedermawaan Nadia. Setelah mengantar Nadia, Rumi kembali memacu mobilnya dengan
pelan, ia melihat pengemis buta itu. Wajahnya terlihat sudah rapuh dimakan
usia. Namun ada kecantikan yang terpancar dari wajahnya yang lusuh itu. kedua
matanya buta, pengemis itu hanya mampu duduk di trotoar menunggu orang
memberinya uang. Syaup kemudian terdengar nyanyian.
Kasih
ibu...sepanjang jalan
Tak
terkira selama-lamanya..
Kasih
ibu…
Rumi
teringat akan suara Ibunya yang biasanya menyanyikannya untuknya. Air mata Rumi
tak terasa menetes, ia rindu akan Ibunya.
Sesampai
di rumah, Rumi ditelpon neneknya yangmeminta Rumi menjemput Kirana besok di bandara dan menemaninya selama berada di
Malang. Rumi beralasan ada kuliah dan tidak bisa menjemput Kirana, namun
neneknya memaksa. Rumi merasa kembali suntuk, penat yang sebenarnya tak harus
ia rasakan. Rumi kemudian ke perempatan lampu merah, entah kenapa ada keinginan
dalam hatinya untuk mengamati pengemis buta di tempat itu.
Rasa iba
sekaligus penasaran hadir di hati Rumi. Ia terus saja memperhatikan pengemis
buta itu hingga matahari condong ke barat.
Keesokan
harinya, Rumi dimarahi oleh neneknya karena tak mau menemui Kirana. Rumi pun
merasa kesal. Tiba-tiba ia mengingat pengemis yang ada di lampu merah, Rumi pun
menuju ke tempat itu. Sayup ia mendengar pengemis buta itu menyanyikan lagu
“Kasih Ibu” dengan suara yang sangat ia hafal, suara ibunya! Tapi, apa mungkin
pengemis itu ibunya? Ia kemudian mengikuti pengemis buta itu. akhirnya, Rumi
pun tahu bahwa pengemis itu ibunya dari liontin yang dulu ia berikan saat masih
anak-anak. Rumi tak kuasa menahan haru, mereka berpelukan sangat erat, air mata
membanjiri pipi Rumi, begitu juga Risma. Melihat kondisi ibunya dan juga tempat
tinggal Rumi benar-benar merasa bersalah.
Rumi
meminta ibunya untuk tinggal bersamanya namun Risma menolak karena tak mau
mengganggu kehidupan Rumi yang sudah sempurna. Tiba-tiba Risma batuk. Ia
memegangi dadanya yang sakit dan Rumi melihat bercak darah dari tangan ibunya
yang digunakan untuk menahan batuknya. Ia langsung membawa ibunya ke rumah
sakit.
Dari
hasil pemeriksaan di rumah sakit diketahui bahwa Risma menderita penyakit TBC
yang sudah akut. Rumi pun berhasil membujuk ibunya untuk tinggal bersamanya.
Risma tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan. Ia bersujud sangat lama
dalam sahlatnya.
Pagi-pagi
sekali Rumi sudah bangun, ia ingin sekali menjadi imam dalam shalat bersama
ibunya. Saat matahari muncul, Rumi membuatkan sarapan untuk ibunya.
Sementara
itu, Andre terdiam di meja makan karena ibunya terus saja mengeluhkan sikap
Rumi. Sebenarnya Andre tak setuju dengan keinginan ibunya, namun seperti dulu,
ia tak pernah menentangnya.
Kebahagiaan
Risma yang kembali bertemu Rumi
membuatnya merasa sangat bersyukur, tak ada lagi beban di hatinya.
Hari itu,
Rumi dan Kirana datang ke Surabaya. Sepanjang perjalanan kuping Rumi panas
mendengar ocehan Kirana. Kirana sangat kesal ceritanya tidak direspon Rumi, ia
pun sadar Rumi tidak menyukainya. Nenek sangat kesal kepada sikap Rumi yang
terus mengacuhkan Kirana. Neneknya ingin
Rumi segera menikah dengan Kirana. Rumi menolaknya dan memilih melepaskan semua
pemberian Nenek dan keluar dari rumah. Ia ingin tinggal bersama ibunya dan
merawat ibunya yang sakit-sakitan selama ini. Andre mencoba mencegahnya, namun
sia-sia.
Keputusan
Rumi yang melepas semua warisan, membuat kalang kabut keluarga Andre. Setiap
hari Rumi selalu menemani ibunya. Ia bahkan sudah mencari kontrakan yang lebih
kecil supaya ibunya dapat mengingat ruangan dengan mudah.
Saat rumi pulang ke rumah, ia melihat
Andre di kontrakannya, Rumi bingung melihat bekas airmata di wajah ibunya. Ia
juga melihat kegelisahan Andre. Risma pun bercerita bahwa Andre adalah ayah
kandungnya. Rumi tidak percaya dengan hal itu. Ketika ibunya bercerita barulah
Rumi percaya. Hal itu membuatnya marah sekaligus sedih. Orang yang selama ini
di anggapnya paman adalah Ayah kandungnya sendiri.
Tiba-tiba batuk, bercak darah kemudian
terlihat di telapak tangan Risma, lalu ia langsung dilarikan ke rumah sakit. Di
dalam kamar perawatan Rumi tanpak gelisah. Ia tak henti berdoa untuk ibunya. Semalaman
Risma tak sadarkan diri.
Tak lama kemudian datanglah Andre dan
ibunya. Ibu Andre yang tadi bersiskukuh mengambil Rumi kembali, tiba-tiba
sangat merasa bersalah melihat keadaan Risma seperti itu. Ibu Andre kemudian meminta maaf kepada Risma.
Tepat
pukul 10 malam , tiba-tiba Risma menggerakkan jemarinya dan Rumi segera menuju
ke sampingnya. Andre ikut duduk di sisi sebelahnya dan menangis melihat keadaan
Risma. Risma kemudian menggerakkan kembali tangannya seakan ingin memeluk. Rumi
mengecup kening ibunya dan menghapus airmata yang menetes di pipi.
“Ayahmu.. temui ayahmu..” ucap Risma
lirih.
Mendengar itu Andre segera mendekat.
Ia mengusap kening Risma dan menggemgam jemarinya, “aku di sini Ris, bersamamu,”
ucapnya. Tak lama kemudian, genggaman tangan Risma terasa mengendur. Rumi yang
menyadarinya akhirnya menangis dan memeluk ibunya. Risma akhirnya
menghembusakan nafas terakhirnya bersama orang-orang yang dicintainya.
Penilaian
·
Kekurangan
ü Novel ini menceritakan tentang Risma
yang hamil di luar nikah, tentu
merupakan contoh yang tidak baik
bagi para remaja.
ü Biografi penulis tidak ada tertera di
buku maupun internet.
ü Tokoh ibunya Andre tidak diberi nama,
sehingga pembaca tidak nyaman dengan sebutan itu.
·
Kelebihannya
ü Novel ini menceritakan tentang Risma
yang selalu tegar menghadapi masalah yang dihadapinya.
ü Dapat merenungi kembali jasa-jasa ibu
terhadap kita.
ü Novel ini juga mengisahkan tentang
bakti seorang anak pada ibunya yang tak merasa malu merawat ibunya yang pernah
menjadi pengemis.
Penilaian saya
Novel ini sangat bagus untuk dibaca, banyak pelajaran yang dapat kita ambil
tentang bagaimana harus menjalani kehidupan yang terasa sulit. Bahwa kita tetap
harus mensyukuri kehidupan yang telah diberikan Tuhan walaupun dalam keadaan
yang serba tidak berkecukupan. Mengajarkan kita mengenai arti ketabahan dan
kasih sayang. Novel ini juga mengingatkan kita tentang jasa seorang ibu yang
tak mungkin terbalaskan.