Oleh: Jalaksana Winangoen
[UNIKNYA.COM]: Sastra Indonesia, adalah
sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Indonesia.
Istilah “Indonesia” sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi
terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Dalam perkembangannya, khasanah kesusastraan di Indonesia mengalami
perkembangan yang signifikan. Terdapat beberapa periodesasi dalam
perkembangan tersebut. Berikut 5 periodesasi sastra di Indonesia yang
berhasil dirangkum uniknya.com:
1. Angkatan 1950 – 1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya
majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya
sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah
tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah
sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis
dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat
(Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan
dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di
Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan
sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965
dengan pecahnya G30S di Indonesia.
2. Angkatan 1966 – 1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis. Semangat avant-garde
sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan
ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya
sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd.
Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan
karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang
juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan
Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi
Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra
Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini
antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer,
Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad
Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan
banyak lagi yang lainnya.
3. Angkatan 1980 – 1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun
waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan,
dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T.
Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai
majalah dan penerbitan umum. Beberapa sastrawan yang dapat mewakili
angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira
Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja,
Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby,
Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor
Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah
sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan
beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai.
Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya
adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya
mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan
wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi
ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka
adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang
masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu
dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya
pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era
1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya
sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan
serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh
generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang
lebih berat.Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis
Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri
Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
4. Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan
politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus
Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang “Sastrawan
Angkatan Reformasi”. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya
karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema
sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian
Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak
peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan
sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak
bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi
merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun
1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik
yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran
karya-karya sastra — puisi, cerpen, dan novel — pada saat itu. Bahkan,
penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti
Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan
Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya,
juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
5. Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya
sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan
karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002
melempar wacana tentang lahirnya “Sastrawan Angkatan 2000″. Sebuah buku
tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia,
Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis,
eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000,
termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal
Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul
pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.(**)
Sumber: www.wikipedia.org, uniknya.com, September 2011
No comments:
Post a Comment