Analisis
cerita Sawunggaling
Sawunggaling cerita rakyat yang
merupakan lanjutan dari kisah Jaka berek, biasanya digunakan untuk
pertunjukan teater tradisional / ludruk,
cerita ini sangat populer dan digemari
oleh masyarakat penggemar sandiwara ludruk
termasuk di daerah saya (Masyarakat lumajang ).
Cerita ini di Tumenggungan Surabaya tempo dulu, hampir di setiap pementasan
ludruk mengambil cerita ini karena ceritanya yang sangat menarik apa lagi
diselingi dengan adegan-adegan lucu dari para pemain,.
Sebenarnya jawa timur mempunyai banyak sekali
cerita rakyat dan tidak kalah dengan propinsi lain salah satunya kisah
sawunggaling ini.
Pesan moral yang dapat diambil dari cerita rakyat
ini adalah keyakinan yang kuat bahwa yang benar akan menang, ketulusan
dan ketekunan dapat mengalahkan
tantangan seberat apapun, itu telah
dibuktikan oleh sosok jaka berek sebelum mendapatkan gelar sawunggaling.
Analisis
Lagu pitutur
Tak uwisi gunem iki
(
Saya akhiri pembicaraan ini )
Niyatku mung aweh wikan
(
Saya hanya ingin memberi tahu )
Kebatinan akeh lire
(Kabatinan
banyak macamnya )
Lan gawat kaliwat liwat
(
Dan sangat membahayakan )
Mulo dipun prayitno
(Maka
itu berhati – hatilah )
Ojo keliru pamilihmu
(
Jangan sampai kamu salah pilih )
Lamun mardi kabatinan…
(
kalau ingin belajar kebatinan )
Tembang ini menggambarkan nasihat
seorang tua ( pinisepuh ) kepada mereka yang ingin mempelajari kebatinan atau
kejawen. Kiranya perlu dipahami bahwa
tujuan hakiki dari kejawen adalah mendapatkani ilmu sejati untuk mecapai
hidup sejati dan berada dalam keadaan yang harmonis hubungan antara kawula dan
Gusti ( Jumbuhing kawula Gusti ) pendekatan kepada Yang Maha Esa total.
Dalam tembang ini terdapat pesan moral
yang sangat dalam bahwa hidup ini adalah sebuah pilihan yang harus dijalani dan
jangan sampai salah pilih karena suatu saat bisa membahayakan diri sendiri dan
orang lain.
Tembang ini kerap sekali dilantunkan
oleh para orang tua di desa kepada anak – anaknya sebagai pitutur / atau
nasihat yang baik untuk anak – anaknya
Analisis Mantra Jawa
Aji
Rajut Sayuta
Srigalih srigana balungkerti
panjerwenda
Kun kusnun kamiraga limahela angkerut
Lobang Sohanara manghikat tanang gaib
Gabu gure senawa reyasa tumedhuh
mariling
Bumi liyap – liyup tami timanintrim
Hong suweru, hong suwela, hong
sengkang mercu buana.
Mantra ini adalah mantra tolak balak
Cara
menggunakan mantra tersebut
Menggunakan Yuyu ( kepiting ) diikat dengan ujung janur, kemudian janur tersebut
ditancapkan di pinggiran peceren ( air
comboran ). Membaca mantranya 11 kali, waktunya sesudah magrib.
Gunanya
adalah
untuk menangkap bangsa halus / mahkluk halus seperti : Tuyul, Genduruwo, Buto
abang.
No comments:
Post a Comment