SEBAGAI penggemar Twilight, Anda tentu sudah tamat nonton semua filmnya.
Selama lima tahun sejak 2008, kisah cinta vampir dengan manusia, Edward dan Bella—diselingi cinta segitiga dengan Jacob, sang serigala jejadian—mengisi bioskop menyebarkan romantisme. Jutaan orang terbius kisah cinta mereka, dan pada gilirannya para bintang utama film ini: Kristen Stewart si Bella, Robert Pattinson si Edward, dan Taylor Lautner si Jacob, menjadi idola baru yang melahirkan kubu-kubu penggemar.
Nah, seiring film terakhir The Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 2 rilis di bioskop, kami mengulik arsip tabloid ini, dan juga arsip majalah Wonder Teen (dulu namanya masih Teen) sebagai pembanding, untuk mencari tahu bagaimana kami menilai versi film dari novel Twilight karya Stephenie Meyer ini.
Membaca lagi resensi-resensi yang kami tulis dulu, ternyata penulis-penulis ulasan filmnya yang umumnya juga penggemar kisah Twilight, bisa bersikap objektif. Mengatakan buruk saat filmnya mereka nilai kurang memuaskan dan memujinya saat mereka suka.
Tulisan ini tidak disusun kronologis berdasar tahun rilis, tapi mengurutkannya dari yang terburuk hingga yang terbaik. Sebelumnya kami ingatkan SPOILER ALERT bagi yang tak ingin tahu bocoran cerita dari film-filmnya.
twilight new moon 15. New Moon (2009)
Kenapa New Moon dianggap yang terburuk dari semua film Twilight? Well, dari mana filmnya berasal, novel kedua Twilight, kerap dianggap novel yang palng lemah di antara empat serinya. Isinya melulu rasa galau Bella yang merana karena ditinggal Edward entah kemana. Ayo, kamu juga lelah 'kan waktu membacanya dulu? Ulasan filmnya di majalah Teen menyebut “terselip kekecewaan” pada film ini. New Moon bukan seri pertama Twilight, tapi kenapa oh, kenapa Stewart dan Pattinson belum mampu juga memperlihatkan chemistry cinta yang begitu hebat dan rasa sakit yang sangat dalam karena karakter yang mereka perankan berpisah berbulan-bulan? Stewart nggak banyak membantu dalam membagun emosi depresi dan rasa kehilangan Bella. Di film kedua Twilight ini, Stewart dikatakan belum menghayati karakter Bella sepenuhnya.
4twilight7lg. Twilight (2008)
Film pertama Twilight sebetulnya lebih dikesankan sebagai film perkenalan pada kisahnya. Skenario yang ditulis Melissa Rosenberg tergolong setia pada cerita aslinya. Meski beberapa hal diringkas, sentuhan romantisnya tidak hilang. Kita diminta membiasakan diri melihat vampir romantis berwajah pucat. Saking romantisnya, tabloid ini menulis wakitu itu, adegan pergulatan yang berlangsung seru malah terlihat biasa-biasa saja. Hehehe... Meski begitu, tulis kami, Catherine Hardwicke pandai menerjemahkan ke dalam layar. Penonton bisa merasakan cinta Bella terhadap Edward, demikian pula sebaliknya. Ya, siapa yang tak merasakan aura romantisme saat melihat Bella dan Edward bercengkrama di atas dahan pohon yang tinggi. Tak pelak, Hardwicke telah menciptakan pondasi dari sebuah franchise yang di kemudian hari bernilai miliaran dollar AS.
Breaking-dawn-wedding-dress3. Breaking Dawn – Part 1 (2011)
Sejak diumumkan filmnya bakal dibagi dua, hati ini gelisah. Ah, ini sih cara Hollywood untuk sebisa mungkin memperpanjang umur film franchise yang terbukti menguntungkan mereka. Para eksekutif Hollywood itu pasti berpikir, “Hei, kenapa kita tak bagi saja filmnya jadi dua agar makin untung. Penonton yang ingin tahu lanjutan filmnya pasti menonton lagi akhir kisahnya.” Masalahnya, novel Breaking Dawn yang maha tebal itu sebenarnya inti kisahnya sederhana saja: Bella dan Edward akhirnya menikah, lalu Bella hamil, dan janin hasil perkawinan vampir-manusia itu menggerogoti Bella dari dalam tubuhnya. Setelah proses melahirkan yang berdarah-darah, Edward harus menyelamatkan sang istri dengan menjadikannya sesosok vampir. Setelah bayinya lahir, putri Bella-Edward masih terancam oleh keluarga vampir Volturi. Kisah itu, sebetulnya cukup disajikan tak sampai 50 menit. Namun, karena memang dari sananya sudah diniatkan jadi dua film, bagian yang ini harus jadi satu film sendiri. Di sini masalahnya. Akhirnya segala hal menjadi berpanjang-panjang. Adegan pernikahan harus seromantis mungkin selayaknya di panggung teater. Persoalan kehamilan Bella dikesankan sangat genting jadi perhatian semua orang. Akhirnya, terutama bagi non penggemar Twilight, filmnya terkesan lebay. Ya, Breaking Dawn Part 1 mungkin hanya bisa dinikmati penggemar sejati.
twilight-eclipse-review2. Eclipse (2010)
Eclipse melanjutkan cerita cinta segi tiga antara Edward, Bella, dan Jacob. Hati Bella masih terbagi. Sementara itu, vampir jahat Victoria (Bryce Dallas Howard) diam-diam menghimpun kekuatan dengan membentuk pasukan vampir baru untuk membinasakan Bella, sebagai balas dendam terhadap perlakuan Edward. Bagi penggemar Twilight, ada satu adegan yang sangat ingin dilihat, kejadian yang berlangsung di tenda. Waduh, baru kelihatan tendanya saja, teriakan histeris menggema di bioskop saat tabloid ini nonton bareng filmnya bersama komunitas Twilight Nusantara waktu itu. Digarap David Slade, kami menulis waktu itu, Eclipse menampakkan sosok vampir yang lebih sesuai dengan buku. Tidak berlebihan sebagaimana di New Moon yang bertaburan bedak. Eclipse juga menjanjikan cerita yang lebih dinamis dibandingkan New Moon yang monoton. Misteri dan ketegangan yang ada di Eclipse juga lebih terasa, kata majalah Teen. Dan, oh, siapa yang bisa lupa waktu Jacob bilang begini pada Edward: “Let’s face it. I’m hotter than you!”
BD-2kristen-stewart-mackenz1. Breaking Dawn – Part 2 (2012)
“Save the best for last”, begitu ungkapan yang tepat bagi franchise Twilight. Film pamungkas menjadi penutup yang sempurna. Tidak hanya bagi fans—yang tentu bakal suka apapun hasil akhir filmnya—film terakhir ini juga disukai non-fans. Mungiin lantaran pada dasarnya, konflik yang diceritakan filmnya tinggal sedikit, yakni bagaimana nasib Renesmee, putri Bella dan Edward, hingga sineasnya lebih leluasa bereksplorasi bahkan membelokkan cerita di luar kisah aslinya. Keputusan menyuguhkan peperangan yang seru tapi nggak tahunya cuma berlangsung dalam pikiran, mungkin bagi sebagian orang akan merasa tertipu. Tapi, ini sebetulnya langkah cerdas dan membuat filmnya tak melulu pamer kemesraan.
http://www.tabloidbintang.com
No comments:
Post a Comment