Thursday, December 6, 2012

RAGAM BAHASA GAUL KALANGAN WARIA, DI JALAN SRIWIJAYA, STASIUN KOTA BARU, MALANG


1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia terdiri dari latar belakang etnis, budaya, dan bahasa yang berbedabeda, seperti bahasa Indonesia, Manggarai, Jawa, dan lain- lain. Bahasa sebagai alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,  dan mengidentifikasikan diri. Kokasih (2003:18) menyebutkan bahasa sebagai rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu yang dikenal sebagai kata, melambangkan suatu konsep. Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan atau kesamaan dalam hal tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat, dan tata makna, tetapi karena berbagai faktor yang terdapat di dalam masyarakat penggunaan bahasa itu, seperti usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan dan profesi, dan latar belakang
budaya daerah, maka bahasa itu menjadi tidak seragam. Bahasa dapat dikaji secara internal dan eksternal.
Kajian internal berkaitan dengan struktur internal bahasa yaitu yang berhubungan dengan aspek- aspek linguistik dan teori linguistik semata, sedangkan kajian eksternal berkaitan dengan faktor yang di luar bahasa yang berkaitan dengan penggunaan bahasa tersebut oleh penuturnya dalam kelompok sosial dan kemasyarakatan. Pengkajian eksternal ini melibatkan lebih dari satu disiplin ilmu, misalnya sosiolinguistik yang merupakan gabungan sosiologi dan linguistik.
Sosiolinguistik menurut Chaer dan Agustina (2004:4) menyebutkan sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek  penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Sedangkan Fishman, (1972 dalam Chaer dan  Agustina 2004:3) mengemukakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang cirri khas ragam bahasa, fungsi ragam bahasa, dan penggunaan bahasa karena ketiga unsur ini berinteraksi dalam dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur, identitas sosial dari penutur, lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi serta tingkatan ragam dan ragam linguistik.
Jelas bahwa sosiolinguistik adalah pengkajian bahasa eksternal yaitu antara masyarakat dengan bahasa, mengkaji tentang ciri khas ragam bahasa, fungsi ragam bahasa, dan pengunaan bahasa serta hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Maka dengan demikian jika ditinjau dari segi sosiolinguistik alat bedah atau teori yang digunakan dalam menganalisis data cenderung menggunakan teori Chaer dan Agustina (2004). Hal ini disebabkan dimensi kemasyarakatan bukan hanya memberi makna kepada bahasa tatapi juga menyebabkan terjadinya ragam-ragam bahasa. Ragam bahasa bukan hanya menunjukkan adanya perbedaan sosial dalam masyarakat, tetapi juga memberi indikasi mengenai situasi berbahasa yang mencerminkan tujuan, topik, kaidah dan modus- modus pengguna bahasa.
Menurut George (1964 dalam Peteda 1996:7) semantik adalah bahasa yang terdiri dari struktur yang merupakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. Semantik sebagai kajian makna, yaitu makna yang tersirat dalam kalimat juga menjadi objek pembahasan dalam semantik, dan setiap kata yang diucapkan oleh manusia, maupun kelompok sosial lainnya pasti mempunyai makna. Semantik sebagai studi tentang makna, yaitu berpikir kognisi yang berkaitan dengan mengklasifikasikan dan menggambarkan pengalaman manusia tentang bahasa. Maka setiap makna kata yang digambarkan dari pengalaman manusia mempunyai arti yang terdapat dalam kamus sering disebut dengan semantik leksikal. Pateda (1996:74) mengatakan Semantik leksikal adalah kajian semantik yang lebih memusatkan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata, sedangkan Saeed (1997:55) mengatakan makna semantik adalah kata.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa semantik leksikal adalah cabang semantik yang mengkaji sistem makna yang terdapat dalam kata yang memiliki arti berdasarkan kamus. Jadi teori yang digunakan menurut Pateda (1996), karena bahasa yang digunakan para waria berkaitan dengan makna leksikal. Kata yang terdapat pada komunitas para waria dalam pembentukan makna memiliki pola yang berkaitan dengan leksikal. Leksikal yang digunakan oleh para waria itu berhungan erat dengan ragam bahasa dalam masyarakat yang menjadi ciri atau identitas kelompok mereka dalam pergaulan mereka sehari- hari.
Istilah “Gaul”, yang terdapat pada golongan selebritis, remaja hingga waria ini dianggap sebagai suatu identitas kemajuan zaman dalam pergaulan sehari- hari dan dunia yang lahir untuk mereka, dengan sebutan modern dalam segala hal, tidak terkecuali alat kornunikasi verbal yaitu bahasa yang sering mereka sebut dengan “Bahasa Gaul”. Menurut Sehertian (2002:97) bahasa gaul mulai muncul pada akhir tahun 1980-an. Awalnya istilah dalam bahasa gaul itu adalah untuk merahasiakan isi obrolan atau pembicaraan dalam komunitas tertentu, namun karena sering juga digunakan di luar komunitas mereka, lama-lama istilah tersebut menjadi bahasa sehari-hari. Bahasa gaul awalnya digunakan oleh para preman yang kehidupanya dekat dengan kekerasan, narkoba, dan minuman keras. Istilah- istilah baru, mereka ciptakan agar orang- orang di luar komunitas mereka tidak mengerti. Salah satu kata yang terkenal pada zaman itu ialah kata “Nich yee”. Kemudian bahasa gaul mulai berkembang hingga sekarang.
Waria adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Keberadaan waria telah tercatat lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam setiap masyarakat. Walaupun dapat terkait dengan kondisi fisik seseorang, gejala waria adalah bagian dari aspek sosial transgenderisme.
Seorang laki-laki memilih menjadi waria dapat terkait dengan keadaan biologisnya (hermafroditisme), orientasi seksual (homoseksualitas), maupun akibat kondisi lingkungan pergaulan. Sebutan bencong juga dikenakan terhadap waria dan bersifat negatif.

Waria yang ada di jalan Sriwijaya merupakan kumpulan dari berbagai daerah yang berlatar belakang berbeda, menurut penelitian penyebab utama seseorang menjadi waria adalah faktor lingkungan. Sejak lahir, waria memang penuh dengan konflik. Pada mulanya mereka dihadapkan pada dua pilihan, menjadi laki- laki atau perempuan. Kedua pilihan ini tentu membawa konsekuensi masing- masing. Konflik lain muncul ketika mereka bereda ditengah- tengah masyarakat di sekitarnya yang penuh dengan norma- norma dan aturannya sendiri. Kehadiran mereka ditengah masyarakat dianggap sebagai sampah masyarakat yang tidak memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai mana layaknya manusia lainnya. Faktor ekonomi juga sebagai pemicu, jadi para lelaki banyak yang berperan sebagai waria, hal ini terjadi karena sulitnya mencari lapangan pekerjaan, demi mendapatkan penghidupan yang layak mereka berani menyatakan diri sebagai waria dan penampilan mereka dengan
berpakaian menggunakan rok yang mencerminkan seorang wanita yang seutuhnya. Dengan adanya latar belakang yang berbeda tersebut para waria yang ada di Stasiun Kota Baru cenderung bekerja di salon, maupun memiliki salon. Maka dengan adanya latar belakang di atas dapat di perjelas bahwa para waria yang berada di lokasi Stasiun Kota Baru setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dan mendominasi bekerja di salon.

Waria merupakan sekelompok bagian dari masyarakat yang mempunyai komunitas tersendiri bagian dari masyarakat. Sesama waria dalam menggunakan bahasa tertentu dilihat dari situasi tertentu yang disebut ragam bahasa. Perkembangan bahasa pada kalangan Waria dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal. Hal ini berarti sebuah proses pembentukan karakreristik yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat di sekitar akan menjadi ciri khusus dalam sebuah perilaku bahasa. Pembicaraan tentang ragam bahasa gaul biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Kalau dialek berkenaan dengan bahasa yang digunakan oleh siapa, dimana, dan kapan, maka ragam berkenaan dengan masalah bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa. Dalam kehidupan modern ada kemungkinan adanya seseorang yang hanya mengenal satu dialek, namun, pada umumnya dalam masyarakat modern orang hidup dengan lebih dari satu dialek (regional maupun sosial) dan menggeluti sejumlah ragam, sebab dalam masyarakat modern orang sudah pasti berurusan dengan sejumlah kegiatan yang berbeda. Bahasa gaul biasanya digunakan dalam suasana informal yang sifatnya menghibur, dan untuk menjalin keakraban, karena suasana informal yang sifatnya menghibur, dan untuk menjalin keakraban, karena terkesan kaku dan membuat suasana menjadi formal yang cenderung melahirkan kejenuhan penyimak. Dalam kehidupan bermasyarakat bahasa gaul juga sangat baik  digunakan selain praktis juga mudah dipahami. Khususnya remaja yang lebih sering  menggunakan bahasa gaul misalnya kalimat “ya iyalah, masa iya dong”, “masa sich” dan kalimat “secara gituloh”. Pada kalimat tersebut terdapat penggunaan kata yang khas, yaitu iyalah,. masa, secara, dong dan sebagainya. Berdasarkan latar belakang  yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk meneliti bahasa gaul pada kalangan waria si jalan Sriwijaya,Stasiun Kota Baru Malang


1.2 Batasan Masalah
Mengingat luasnya masalah perlu adanya pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi di jalan Sriwijaya,stasiun kota baru.  Adapun pertimbangan serta alasan penelitian pada lokasi tersebut karena pertama; jalan Sriwijaya  termasuk juga pusat komunitas para waria di tempat tersebut para waria dalam berkomunikasi cenderung mengunakan bahasa gaul terhadap komunitas tertentu pada kelompok mereka maupun pada orang lain, kedua; lokasi tersebut sangat strategis untuk dijadikan sebagai tempat penelitian serta bahasa yang digunakan kelompok mereka mendominasi bahasa waria. Ketiga; pemilik serta pekerja salon yang ada di lokasi Stasiun Kota Baru mendominasi para kalangan waria. Masalah dalam kajian penelitian ini berkaitan dengan sosiolinguistik ragam bahasa, yaitu tempat, waktu, pengguna, situasi, dialek yang dihubungkan dengan sapaan, status, dan penggunaan ragam bahasa yang digunakan para waria. konteks dan situasi bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalurnya, dan alatnya serta bagaimana situasi keformalannya di Stasiun Kota Baru Malang. Kajian linguistik yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Semantik juga terbagi menjadi dua yaitu leksikal dan gramatikal. Dengan demikian dengan adanya pembatasan masalah ini penelitian dapat lebih terpusat pada tujuan yang ingin dicapai.Makan masalah dalam penelitian dibatasi pada bahasa gaul tentang aspek semantik leksikal dan karekteristik bahasa gaul pada kalangan waria di jalan Sriwijaya,stasiun kota baru Malang

1.3 Rumusan Masalah
Setelah melakukan pembatasan masalah, maka selanjutnya perlu dilakukan rumusan masalah. Berdasarkan batasan masalah di atas maka dalam penelitian ini masalah dirumuskan sebagai berikut:



1. Bagaimanakah deskripsi semantik bahasa gaul  kalangan waria di Jalan sriwijaya,  stasiun Kota   Baru     Malang ?

2. Bagaimanakah struktur leksikal bahasa gaul kalangan waria di Jalan sriwijaya,  Stasiun Kota    Baru  Malang ?
   
   3. Bagaimanakah karekteristik bahasa gaul di kalangan waria di Jalan sriwijaya Stasiun Kota Baru    Malang ?


1.4 Tujuan Penelitian
Waria adalah manusia biasa yang juga menggunakan bahasa dalam kehidupannya sehari- hari. Kemampuan para waria dalam hal menciptakan bahasa baru dalam bahasa Indonesia merupakan sebuah fenomena yang cukup unik, karena setiap kata- kata yang mereka ciptakan menjadi sebuah ragam bahasa yang unik untuk diteliti. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan semantik bahasa gaul di kalangan waria di jalan sriwijaya Stasiun Kota Baru    Malang

2. Mendeskripsikan struktur leksikal bahasa gaul di kalangan waria di jalan sriwijaya Stasiun Kota Baru    Malang

3. Mendeskripsikan karekteristik bahasa gaul di kalangan waria di jalan  sriwijaya Stasiun Kota Baru    Malang

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat Teoretis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian teoretis yang mendukung    penelitian terdahulu dan bermanfaat bagi ilmu sosiolinguistik, khususnya tentang penggunaan bahasa gaul pada kalangan waria.
2. Menambah khasanah kajian linguistik, khususnya aspek semantik leksikal.


1.5.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat lebih mengenal kelompok para waria yang hingga dewasa   ini belum dapat diterima keberadaannya oleh masyarakat secara umum.

2. Memperkaya khasanah penemuan tentang perkembangan bahasa gaul
    khususnya di kalangan waria.








 BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka
           Dalam penelitian ini dipakai seperangkat teori yang berhubungan dengan penelitian Penggunaan bahasa gaul
           Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas tentang: (1) Definisi Waria (2) Definisi Bahasa (3)    Definisi bahasa gaul (4) Bagaimana dengan  munculnya slang (bahasa gaul/bahasa prokem) di  kalangan waria

2.1.1. Definisi waria
Definisi waria dalam Kamus Ilmiah Populer adalah kependekan dari wanita pria, pria yang bertingkah laku serta mempunyai perasaan seperti wanita. Huffman mengemukakan bahwa transeksualisme adalah ketikaseseorang secara fisik memiliki jenis kelamin tertentu tetapi secara psikologisberlawanan dan memiliki keingginan yang kuat untuk mengubah seperti fisikjenis kelamin yang berlawanan dengan yang dimilikinya.Waria atau Khuntsa menurut ahli bahasa arab seperti yang tersebutdalam kamus Munjid dan kamus Al-Munawir, Khuntsa berasal dari katakhanitsa-khanatsan yaitu lemah dan pecah. Khuntsa adalah orang yang lemahlembut, padanya sifat lelaki dan perempuan.Menurut Muhammad Ali Ash-Shobuni dalam kitabnya Almawarits FisSyariatil Islamiyah, disebut khuntsa karena ia dalam ucapan dan suaranyalemah lembut seperti perempuan atau dalam tingkah lakunya, jalanya dan cara
berpakaianya menyerupai gaya perempuan.2 Khuntsa menurut ulama samapendapatnya dalam mendefinisikan khuntsa, (menurut Ash-Shobuni).Secara medis jenis kelamin waria atau khuntsa dapat dibuktikanbahwa pada bagian luar tidak sama dengan bagian dalam, misalnya jenisbagian dalam adalah perempuan dan ada rahim, tetapi pada bagian luarberkelamin lelaki dan memiliki penis atau memiliki keduanya (penis dan vagina), ada juga yang memiliki kelamin bagian dalam lelaki, namun dibagianluar memiliki keduanya. Bahkan ada yang tidak memiliki alat kelamin samasekali, artinya seseorang itu tampak seperti perempuan tetapi tidak mempunyai lobang vagina dan hanya lobang kencing seperti lelaki tetapi tidak memiliki penis.Waria, Wadam, Banci, Bencong, atau Wandu adalah subutan untuk mendefinisikan laki-laki yang berpenampilan menyerupai perempuan. Secaraumum bisa diartikan bahwa waria adalah seorang individu yang secaralahiriyah dia terlahir dengan jenis kelamin laki-laki namun memilikikecenderungan sikap, sifat, kepribadian, dan hasrat seperti seorangperempuan, dan untuk memenuhi hasratnya sebagai seorang perempuan makadalam kehidupan sosialnya dia mengambil peran sebagai seorang perempuan, mulai dari cara berpakaian, cara berjalan, dan tingkah laku selayaknyaperempuan.4Waria merupakan salah satu dari jenis gangguan identitas jeniskelamin.




Cara pandang sebagian besar masyarakat terhadap waria cenderung negative dan mengucilkan bahkan keluarga mereka sendiri tidak menutup kemungkinan akan memperlakukan mereka seperti itu juga. Akibatnyasebagian besar waria membentuk mekanisme pertahanan diri supaya tetapsurvive tinggal dikeluarga ataupun di lingkungan masyarakat yang menolakmereka baik secara langsung maupun tidak.Hampir semua orang mengenal waria (wanita tapi pria), waria adalahindividu yang memiliki jenis kelamin laki-laki tetapi perilaku dan berpakaianseperti layaknya seorang perempuan. Waria merupakan kelompok minoritasdalam masyarakat, namun demikian jumlah waria semakin bertambah,terutama di kota-kota besar.Bagi penulis waria merupakan fenomena yang menarik untuk ditelitikarena dalam kenyataanya, tidak semua orang dapat mengetahui secara pastidan memahami mengapa dan bagaimana perilaku waria dapat terbentuk.Perilaku waria tidak dapat dijelaskan dalam diskripsi yang sederhana. Konflikidentitas jenis kelamin yang dialami waria tersebut hanya dapat dipahamimelalui kajian terhadap setiap tahap perkembangan dalam kehidupanya. Setiap manusia atau individu akan selalu berkembang, dariperkembangan itu individu-individu akan mengalami perubahan-perubahanbaik fisik maupun psikologis. Salah satu aspek dalam diri manusia yangsangat penting adalah peran jenis kelamin. Setiap individu diharapkandapatmemahami peran sesuai dengan jenis kelaminya. Keberhasilan individu dalampembentukan identitas jenis kelamin di tentukan oleh berhasi atau tidaknyaindividu tersebut dalam menerima dan memahami peran jenis kelaminyamaka individu tersebut akan mengalami konflik atau gangguan identitas jeniskelami



2.1.2. Definisi bahasa

 FERDINAND DE SAUSSURE
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain

BLOCH & TRAGER
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.


CARROL

Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia


SUDARYONO

Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.


2.1.3 Definisi bahasa gaul

Bahasa Gaul, Bahasa prokem merupakan bahasa pergaulan. Bahasa ini kadang merupakan bahasa sandi, yang dipahamu oleh kalangan tertentu. Bahasa ini konon dimulai dari golongan preman. Bahasa gaul adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan tertentu, bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa, penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, singkatan, intonasi, pelafalan, pola, konteks serta distribusi.
Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, setiap komunitas memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh sebuah komunitas untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).
Bahasa akan selalu berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya, baik berdasarkan kondisi sosiologis maupun kondisi psikologis dari penggunanya. Oleh karena itu, dikenal ada variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa waria dll.
         Dewasa ini, bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa “rahasia” melainkan menjadi bahasa gaul di suatu daerah atau komunitas tertentu. Berikut beberapa bentuk bahasa gaul yang sering ditemukan dalam percakapan sehari-hari;

1.      Word Clipping
Suatu kata dipendekkan atau dipotong tanpa mengubah maknanya (misal: mike – microphone).
2.      Onomatopoeia
Peniruan suara (misal: bang, boom, kukuruyuk).
3.      Saying word from behind (malang’s prokem language)
Mengucapkan kata dengan membalikkan kata dari belakang ke depan (misal: ngalam – malang, uka – aku).
4.      Menambahkan ‘F’ atau ‘S’ pada setiap suku kata (misal: afakufu mafaufu mafandifi – aku mau mandi)
5.      Bahasa gaul selebritis (misal: sutralah – sudahlah, gue – aku, macan tutul – macet total, so what gitu lhoh)
6.      Bahasa gaul kaum waria (misal: akika atau ike – aku, HIV – Hasrat Ingin Pipis, gaswat – gawat, makarena – makan)

2.1.4 Bagaimana dengan  munculnya slang (bahasa gaul/bahasa prokem) di  kalangan    waria
    Waria menggunakan bahasa slang untuk kepentingan komunitas mereka. Alasan penggunaan bahasa slang adalah; agar komunikasi yang terjalin tidak monoton, menambah selera humor, digunakan untuk mengolok-olok dan menyindir seseorang, sebagai identitas suatu komunitas yang membedakan dengan komunitas lain, mendekatkan hubungan antar individu dalam komunitas sehingga komunikasi menjadi akrab, mudah dan nyaman.

    Beberapa alasan yang dikemukakan di atas memberikan sesuatu yang positif. Jadi tidak ada salahnya jika bahasa slang berkembang di kalangan masyarakat khususnya waria

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1       Metode Penelitian
            Penelitian yang berjudul Ragam bahasa gaul di kalangan waria di Stasiun kota baru Malang ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini menggambarkan secara objektif sejumlah fenomena yang ada dalam kalangan waria penerapan metode deskriptif adalah agar mendapatkan data deskripsi yang berupa kata-kata tertulis ataupun lisan (Moleong, 1987:17).
            Menurut Moleong (1987:16-17) penggunaan deskriptif kualitatif ini didasarkan pada (1) penyajian metode kualitatif secara langsung hakekat penelitian dan objek penelitian, (2) metode deskriptif kualitatif lebih mudah diterapkan dalam penelitian.   (3) metode deskriptif kualitatif masih dimungkinkan data kualitatif yang berfungsi sebagai pelengkap, (4) metode kualitatif bersifat deskriptif, (5) metode kualitatif dengan aturan (mengutamakan kealamiaan sumber data), (6) cara kerja yang dipakai induktif,
3.2       Sumber Data dan Jenis Data
3.2.1    Sumber Data
            Sumber data dalam penelitian ini yaitu Kaum Waria yang bertempat di Jalan Sriwijaya,Stasiun Kota Baru Malang
3.2.2    Data
            Data dalam penelitian ini berupa:
Pendeskripsian  ragam bahasa gaul yang biasa di pakai oleh kaum waria di Jalan Sriwijaya,stasiun kota baru Malang.
3.2.3  Instrumen Penelitian
Instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti. Alat yang digunakan yaitu catatan lapangan untuk pengumpulan data selama proses observasi berlangsung.


3.4       Teknik Penelitian
3.4.1    Teknik Pengumpulan Data
            Teknik pengumpulan data dokumentasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Sehubungan dengan penelitian ini data diperoleh dari sumber data yang dilakukan dengan cara:
1.      Melakukan pendekatan lansung dengan para kaum waria dan berusaha untuk melakukan sedikit interaksi guna menciptakan suasana yang kondusif
2.       Mengamati dan mendata ujaran kaum waria khususnya yang berkaitan dengan ragam bahasa gaul yang biasa di ujarkan oleh kaum waria di Jalan sriwijaya,stasiun kota baru Malang
3.      Memperdalam wawasan peneliti dengan cara membaca hasil dari penelitian yang suda ada untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

3.4.2    Teknik Pengolahan Data
            Teknik pengolahan data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara sistematis catatan hasil pengamatan  sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang tepat terhadap data tersebut.
            Langkah-langkah dalam teknik pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.   Mengidentifikasi data dalam bentuk dokumentasi
2.   Mengklasifikasikan masing-masing data yang relevan sesuai dengan masalah yang
3.   Mendeskripsikan masing-masing data yang telah diklasifikasikan sesuai dengan masalah yang diteliti.
3.4.3 Teknik Penyajian Data
a)      Reduksi Data
                        penelitian membuat catatan yang berisi pokok-pokok dalam pengamatan di lapangan. Catatan ini dibuat berdasarkan apa yang dilihat, didengarkan dan dirasakan selama pengamatan. Setelah itu, dibuat suatu catatan yang lengkap setiap kali selesai melakukan pengamatan, yang disebut catatan lapangan.
b)     Sajian Data
                        Informasi yang telah diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga memberi kemungkinan untuk dilakukan penarikan kesimpulan.
c)       Mengambil Kesimpulan
                        Kesimpulan yang diambil berdasarkan data yang diperoleh harus diverifikasi terlebih dahulu.

3.4.4        Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini melalui tiga tahap yaitu:
1.      Tahap Persiapan
a.       Penentuan judul penelitian
b.      Menyusun rancangan penelitian
c.       Mengadakan studi pustaka



2.      Tahap Pelaksanaan
a.       Pengumpulan data
b.      Pengolahan data
c.       Pendeskripsian data
3.      Tahap Penyelesaian
a.       Penulisan laporan penelitian
b.      Revisi laporan penelitian
c.       Penggandaan laporan penelitian


 
OLEH :
SAVERIANUS S. ENDO





No comments: