Novelis JK Rowling |
Pekerjaan yang menawarkan kebebasan waktu dan kebebasan berekspresi memang terlalu menggoda untuk diacuhkan. Orang
bilang penulis novel memiliki dua kebebasan tersebut. Seorang penulis
novel tak memiliki bos, ia bebas menentukan kapan waktunya menulis dan
tidak. Ia bebas menuangkan segala kreativitasnya tanpa batas.
Bila bukunya menjadi best seller, uang yang dihasilkan pun cukup menggiurkan.
Namun
menjadi penulis buku dan membuat bukunya diterbitkan bukan hal yang
gampang. Banyak lika-likunya. Memang jika Anda memiliki cukup modal Anda
bisa mengeluarkan uang untuk menerbitkan buku. Namun bila harus
menempuh jalur biasa, artinya Anda harus mengirimkan naskah ke
penerbit. Itu akan memakan waktu lama.
"Dalam sehari kita bisa
menerima ratusan naskah. Butuh waktu berbulan-bulan sebelum bisa
terbit," ujar Siska Yuanita, penyunting buku Kocok! The Untold Stories
of Arisan Ladies and Socialites, kepada Kompas Female, beberapa waktu
lalu di Jakarta.
Nah, sebelum buku bisa naik cetak, naskah
tulisannya harus mampu menarik hati sang editor untuk membacanya,
menyuntingnya, dan mengirimkan naskah Anda ke percetakan.
"Sebenarnya
kalau menulis fiksi itu trennya dari dulu hingga sekarang, dan
sepertinya yang masih akan disukai adalah tema percintaan. Namun
bagaimana ceritanya, caranya mengemas, itu yang menjadikan sebuah novel
menarik untuk diterbitkan," lanjut Siska, yang sudah bekerja sebagai
editor buku di Gramedia selama 12 tahun.
Siska membagi langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengirimkan naskah ke penerbitan.
1. Naskahnya sudah selesai
Maksudnya
ide Anda sudah ditulis dalam sebuah cerita lengkap dengan ending-nya,
saat ingin dikirimkan ke penerbit. "Banyak sekali orang yang ngomong
saya ingin menulis buku ini. Oke, lalu naskahnya mana? Ternyata belum
ada," lanjut Siska, yang sehari-hari tak hanya mengedit buku tapi juga
keluar mencari penulis untuk menerbitkan buku.
2. Ceritanya jangan "basi"
Meski
sudah dikatakan bahwa romance atau kisah percintaan merupakan sumber
yang tak ada matinya hingga kini, Siska mengingatkan untuk mengemas
cerita dengan cara yang tidak biasa.
"Bermainlah dengan angle.
Permasalahan yang sering saya hadapi pada novel teenlit adalah cerita
selalu dimulai dengan alarm berbunyi dan terlambat. Kisah cintanya
antara cewek culun naksir anak basket," katanya.
Menurutnya hal
tersebut tak masalah, kalau memang sumber imajinasinya seperti itu.
Boleh saja mempertemukan cewek culun dengan cowok populer, namun jangan
ragu untuk menggali dari sisi yang berbeda.
"Idenya enggak harus
baru dan beda. Meski hal tersebut akan langsung menarik hati sang
editor. Namun bukan sesuatu yang baru juga tak masalah, yang penting
bermain dengan kreativitas."
3. Tata bahasa yang baik
Seperti
mengirim lamaran pekerjaan, naskah Anda akan bersaing dengan ratusan
naskah lainnya. Maka, selain cerita yang tidak "basi", perhatikan dengan
baik tata bahasanya. Naskah yang Anda kirimkan sebisa mungkin bersih
dari typo (kesalahan ketik) sekaligus menggunakan bahasa yang baik dan
benar. Ini sangat masuk akal.
Jika Anda ingin menjadi penulis, syarat utamanya bisa menulis, bukan? Jadi buktikan bahwa Anda bisa menulis.
Sebelum berpisah, Siska memberikan tip pamungkasnya bagi Anda yang ingin menerbitkan buku, "Duduk dan menulislah!" (Hesti Pratiwi)
TRIBUNNEWS.COM
No comments:
Post a Comment