Sya’banan Pringtutul
Oleh : Dhidhik Setiabudi
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan tradisi, baik kebudayaan yang bersifat tradisional ataupun modern, kedaerahan ataupun nasional. Setiap daerah memiliki tradisi yang bermacam-macam dan berbeda dengan daerah lain semakin menambah budaya dan tradisi di negeri khatulistiwa ini. Salah satu tradisi yang masih tetap dilaksanakan adalah Tradisi Sya’banan, yaitu tradisi yang dilaksanakan pada pertengahan bulan sya’ban penanggalan hijriyah. Tradisi Sya’banan di setiap daerah memiliki cara atau ritual pelaksanaan yang berbeda-beda sesuai dengan keyakininan atau yang kepercayaannya.
Pada kesempatan kali ini akan dibahas Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul dilaksanakan setiap tanggal 15 Sya’ban bertujuan sebagai media silaturahmi untuk mensucikan diri dari kesalahan yang telah diperbuat terhadap orang lain dalam rangka menyambut datangnya bulan suci ramadhan. Pelaksanaan tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul dalam perkembangannya mengalami perubahan. Perubahan tersebut ditandai dengan banyaknya orang dari daerah lain ikut meramaikan upacara adat itu. Banyak orang dari daerah tetangga berbondong-bondong ikut saba di sepanjang jalan dusun Pringtutul.
Terdapat beberapa masalah yang perlu diungkap dalam penelitian ini yang berkaitan dengan tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul. Namun, supaya penelitian ini lebih terfokus, maka masalah penelitian ini dibatasi pada deskripsi tradisi sya’banan, prosesi tradisi Sya’banan dan manfat tradisi Sya’banan di dusun Pringtutul bagi masyarakat pendukungnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul ?
2. Bagaimana prosesi rangkaian Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul?
3. Apa manfaat Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui diskripsi Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul.
2. Mengetahui rangkaian prosesi Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul.
3. Mengetaui manfaat Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul.
D. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yakni untuk mengetahui dan mendeskripsikan upacara upacara adat sya’banan yang berkaitan dengan folklor. Sedangkan untuk manfaat praktis, penelitian ini memiliki manfaat sebagai inventarisasi dan dokumentasi tradisi Sya’banan di dusun Pringtutul Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan untuk menambah referensi tentang upacara adat dan tradisi yang ada di kabupaten Cilacap pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Sehingga dari penelitian ini diharapkan dapat mejadi relevansi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Folklor
Folklor terdiri dari dua kata, yaitu folk dan lore. Folk berarti kolektif, dan lore artinya adat. Menurut Danandjaja folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Ciri-ciri pengenal itu antar lain: warna kulit yang sama, bahasa yang sama, bentuk rambut yang sama, mata yang sama, taraf pendidikan byang sana, dan agama yang sama. Lore adalah tradisi yang diwariskan turun temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (Dundes dalam Danandjaja,1994 : 1)
Folklor sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turuntemurun diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk, lisan mupum contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu paengingat (Danandjaja, 1992 :2).
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa folklor dimiliki oleh suat kolektif masyarakat. Selain itu folklor yang diwariskan turun temurun secara lisan (mulut- kemulut) dalam suatu kolektif masyarakat yang mempunyai cerita berbeda-beda diantara satu daerah dengan daerah lain.
Dilihat dari sisi pendukungnya folklor mempunyai beberapa fungsi. Menurut Wiliam R. Borton melalui Danandjaja (1991 : 19) fungsi folklor ada empat yaitu:
a. Sebagai sistem proyeksi, yaitu sebagai pencerminan angan-angan suatu kolektif.
b. Alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.
c. Alat pendidik anak
d. Alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
Fungsi folklor mempunyai arti bahwa folklor sebagai bagian dari kehidupan masyarakat berfungsi untuk mendukung berbagai kegiatan dilingkungan masyarakat. Kedudukan atau fungsi folklor yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat ini dapat dilihat dalam Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Pada dasarnya fungsi dari acara ini antara lain sebagai media silaturahmi untuk mensucikan diri dari kesalahan yang telah diperbuat terhadap orang lain dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Disamping tujuan utama tersebut, juga terdapat manfaat yang lain bagi para muda dan mudi, yaitu sebagai ajang mencari pasangan atau jodoh bagi mereka yang belum memiliki pasangan
.
B. Definisi Tradisi
Menurut Koentjaraningrat (1984:190) pengertian upacara atau ritual atau ceremony adalah : sistem aktivitas atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan berdasarkan Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tradisi Sya’banan
Dusun Pringtutul adalah sebuah dusun di ujung utara desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Sebelah utara berbatasan dengan desa Karang jengkol, sebelah timur berbatasan dengan desa Kesugihan dan sebelah barat adalah desa Planjan. Dusun Pringtutul terletak sekitar 1 km arah barat dari pusat kecamatan Kesugiahan. Dusun ini memiliki tradisi unik yang tidak biasa diadakan di dususn-dusun atau desa-desa di sekitarnya. Tradisi ini adalah Sya’banan.
Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul adalah sebuah ritual adat berjalan-jalan dengan membeli jajanan di sepanjang jalan dusun pada malam 15 sya’ban untuk persiapan menjelang hadirnya bulan Ramadhan. Sya’banan oleh warga setempat juga disebut “saba” yang berarti pergi berkeliaran keluar rumah untuk mencari sesuatu. Para warga keluar rumah menuju jalan yang kearah masjid untuk membeli jajanan yang banyak dijajankan di pinggiran jalan sepanjang jalan tesebut yang kemudian untuk dibawa kerumah tetangga atau saudara sebagai buah tangan saat silaturahmi/berkunjung pada esok harinya.
Para warga tua-muda, laki-laki-perempuan, banyak yang datang dalam tradisi tersebut.mereka hilir mudik di sepanjang jalan depan masjid untuk membeli jajanan yang banyak dijajankan di pinggiran jalan tersebut. Fenomen ini juga sering dimanfaatkan oleh para muda-mudi atau orng yang belum memiliki pasangan untuk untuk mencari pasangan. Karena dalam tradisi ini yang hadir tidak hanya orang-orang dari dusun Pringtutul, sendiri melainkan juga banyak yang berasal daeri daerah lain. Dalam sya’banan tersebut bagi yang ingin segera menikah biasanya mereka membeli jajanan berupa serabi yang memiliki makna “rabi” yang berarti menikah. Di tempat orang yang menjajakan serabi inilah orang-orang yang ingin segera menikah biasanya kumpul, mereka saling berkenalan dan jika saling merasa cocok maka akan dilanjutkan pacaran dan akhirnya bisa sampai ketahap pernikahan.
B. Ciri-ciri folklor yang masuk dalam Tradisi Sya’banan
Folklor memiliki beberapa ciri-ciri yang dapat digunakan untuk membedakan folklor dengan kebudayaan lain. Adapun ciri-ciri pengenal utama folklor menurut Danandjadja ( 1986 : 3 ) adalah sebagai brikut :
a) Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut kemulut ( atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat ) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b) Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relative tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama ( paling sedikit dua generasi )
c) Folklor ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut ( lisan ), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi, folklor dengan mudah dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian perbedaannya hanya terletak pada luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.
d) Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.
e) Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola
f) Folklor mempunyai kegunaan ( function ) dalam kehidupan bersama suatu kolektif.
g) Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri pengenal utama ini terutama berlaku pada folklore lisan dan sebagian lisan.
h) Folklor menjadi milik bersama( collective ) dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
i) Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga sering kali kelihatannya kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat banyak folklore merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.
Dari ciri-ciri diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap merupakan salah satu jenis folklor dilihat dari :
a) Tradisi Sya’banan penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan yaitu dari mulut kemulut.
b) Tradisi Sya’banan bersifat tradisional yaitu penyebarannya dalam waktu yang cukup lama.
c) Tradisi Sya’banan dalam versi-versi yang berbeda, dalam setiap daerah tata caranya ada yang berbeda dikarenakan penyebarannya dri mulut ke mulut. Walaupun demikian perbedaannya hanya terletak pada bagiannya luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.
d) Tradisi Sya’banan bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi.
e) Tradisi Sya’banan mempunyai kegunaan atau fungsi, yaitu untuk mensucikan diri dari kesalahan yang telah diperbuat terhadap orang lain dalam rangka menyambut datangnya bulan suci ramadhan.
f) Tradisi Sya’banan menjadi milik bersama karena pencipta yang pertama sudah tidak diketahui lagi.
Jadi Tradisi Sya’banan termasuk folklor yang masih hidup di Dusun Pringtutul Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap.
C. Prosesi Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul
Tradisi sya’banan pada mulanya dijalankan hanya oleh warga Dusun Pringtutul Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugiah Kabupaten Cilacap. Tetapi dalam perkembanganya sekarang ini tidak hanya diikuti oleh warga Dusun tersebut, melainkan juga diikuti oleh wrga dari luar dusun bahkan banyak juga yang berasal dari luar desa. Traddisi ini diikuti oleh semua generasi, mulai dari anak-anak sampai orang tua, laki-laki-permpuan, baikyang kaya ataupun yang miskin.
Aroma kesibuakan dalam persiapan acara tradisi sya’banan ini sudah mulai terasa sejak 3 hari sebelumnya,m yaitu pada tanggal 12 sya’ban. Pada hari tersebut banyak dari warga masyarakat mulai membuat beraneka ragam makanan yang akan dijajakan dalam Sya’banan. Ada berbagai macam jenis makan tradisional dibuat untuk dijajakan. Ada lapis, apem, ketan, wajik, dan lainnya. Disamping makanan tradisional tersebut sekarang juga sudah mulai banyak dijajakan beranrka ragam makanan seperti bakso, soto, mie ayam dan siomai.
Setelah tiba waktu menjelang maghrib pada malam tanggal 15 sya’ban warga masyarakat mulai berbondong-bondong bersama anggota keluarganya dating ke masjid untuk ikut menunaikan ibadah shalt maghrib berjama’ah. Untuk menunggu datngnya waktu shalat Isya’ tiba, setelah selesai shalat maghrib yang dilanjutkan shalat sunah dan membaca wirid, salah satu tokoh masyarakat atau orang yang dipilih naik ke mimbar untu memberikan pengajian. Sampai waktunya shalat Isya’ tiba jama’ah semakin bertambah banyak, kali ini tidak hanya warga dari dusun Pringtutul yang datang, melainkan dari dusun lain bahkan dari desa lain. Jumlah jama’ah yang mencapai ribuan membuat masjid tidak mampu lagi untuk menampung para jama’ah. Hal ini memaksa bagi pra jama’ah yang datang telambat untuk ikut shalt berjama’ah dari luar masjid. Jama’ah semakin bertambah ketika shalat Nisfu Sya’ban yang hanya dilaksanakan setahun sekali yaknai pada pertengahan bualan sya’ban akan segera dimulai. Namun dari semua yang hadir tidak semuanya ikut melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. Banyak yang hanya duduk-duduk di sektar masjid atau sibuk mempersiapkan barang dagangan yang akan segera dijajakan oleh para pedadang sambil menunggu Sya’banan dimulai.
Ketika ibadah jama’ah sahalat sunah nisfu sya’ban telah selesai wargapun mulai keluar dari masjid dan berkumpul di halaman masjid untuk segera mengikuti Sya’banan dengan berjalan-jalan menyusuri jalan di depan masjid tersebut dengan membeli makanan yang banyak dijajakan di pinggir jalan. Suasana jalan yang pada malam-malam biasa terlihat tenang dan sepi, pada malam tersebut seketik berubah menjadi ramai denagan lautan manusia seperti pada saat ada pasar malam. Banyak orang yang berjalan dari ujung utara ke ujung selatan, begitu pula sebaliknya. Mereka membeli makanan yang banyak dijajakan pada malam tersebut untuk segera dimakan ditempat atau untuk dibawa pulang dimakan keluarga serat sebagai oleh-oleh saat silaturahmi ke rumah tetangga atau saudara di esok harinya.
Selain untuk sekedar berjalan-jalan mendapatkan makanan yang banyak dijajakan di pinggir jalan, banyak pula para muda-mudi yang memanfaatkan fenomena ini sebagai ajang mencari jodoh. Bagi yang ingin segera menikah biasanya mereka membeli serabi untuk dimakan di tempat itu juga. Sambil makan serabi yang banyak dijajakan di tempat tersebut mereka saling berkenalan dan berbincang-bincang di sepanjang jalan tersebut sampai larut malam.
D. Manfaat Tradisi Sya’banan
Setiap tradisi atau ritual yang biasa dilakukan oleh suatu masyarakat pasti memiliki manfaat dan tujuan. Manfaat tradisi Sya’banan bagi masyarakat Dusun Pringtutul adalah sebagai media silaturahmi untuk mensucikan diri dari kesalahan yang telah diperbuat terhadap orang lain dalam rangka menyambut datangnya bulan suci ramadhan. Disamping tujuan utama tersebut, juga terdapat manfaat yang lain bagi para muda dan mudi di Dusun Pringtutul. Manfaat itu adalah sebagai ajang mencari pasangan atau jodoh bagi mereka yang belum memiliki pasangan
.
BAB IV
PENUTUP
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap masalah folklor Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap adalah tradisi yang dilaksanakan pada pertengahan bulan sya’ban penanggalan hijriyah yang memilki tujuan untuk mensucikan diri dari kesalahan terhadap orang lain untuk menyambut datangnya bulan suci ramadan.
2. Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap diadakan setiap malam tanggal 15 sya’ban di sepanjang jalan menuju masjid Nailul Anwar. Tradisi ini dimulai setelah shalat Isya’ yang dimulai dengan shlat sunah Nisfu sya’ban yang kemudian dilanjutkan dengan jalan-jalan menyusuri sepanjang jalan yang menuju masjid dengan membeli beraneka ragam jajanan yang banyak dijajakan di pinggir jalan sepanjang jalan menuju masjid.
3. Tradisi Sya’banan di Dusun Pringtutul Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap memiliki manfaat sebagai media sebagai media silaturahmi untuk mensucikan diri dari kesalahan yang telah diperbuat terhadap orang lain dalam rangka menyambut datangnya bulan suci ramadhan. Disamping tujuan utama tersebut, juga terdapat manfaat yang lain bagi para muda dan mudi, yaitu sebagai ajang mencari pasangan atau jodoh bagi mereka yang belum memiliki pasangan.
DAFTAR PUSTAKA
Danandjadja, James. 1986. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Grafiti Pers
Suharti, dkk. 2006. Apresiasi Budaya. Diktat Matakuliah. Tidak diterbitkan. Pendidikan Bahasa Jawa, Universitas Negeri Yogyakarta.
Koentjaraningrat.1985. Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Balai Pustaka
http://id.wikipedia.org, diakses 12 Desember 2008
http://pendekarjawa.woridpress.com
No comments:
Post a Comment